12 - Pulang

546 82 17
                                    

Malam ini Rico datang ke ruang rawat inap nomor 43, tempat dimana Alvi di rawat. Kali ini Rico tak sendiri, ia di temani 2 suster yang mengikutinya masuk ke dalam ruang rawat inap itu. Untuk memastikan apakah Alvi sudah bisa pulang atau belum malam ini.

Sesampainya di ruangan, kedua suster itu langsung membantu Rico memeriksa keadaan Alvi saat ini.

"Semuanya normal, sepertinya pasien sudah boleh di pulangkan hari ini, Dok," ucap salah satu Suster.

"Kalau gitu lepas aja semua alat-alatnya, sus."

"Baik, Dok."

Alvi hanya meringis sesaat ketika infus di punggung tangan nya mulai di lepas. Setelah itu selang pernafasan pun juga ikut di lepaskan. Dan kini tak ada lagi alat-alat medis yang terpasang di tubuhnya.

Perlahan Rico membantu Alvi untuk duduk, reflek tangan Alvi langsung memegangi dada kirinya yang terasa ngilu.

Kemudian Rico membantu Alvi menapakkan kaki di lantai setelah kurang lebih satu bulan Alvi hanya berbaring di atas bankar.

Alvi memejamkan matanya erat seiring buliran air matanya mengalir dari pelupuk mata kirinya.

"Kenapa Al?"

"Shh..Sakit," lirih Alvi meringis pelan, seraya meremat kuat dada kirinya.

"Dokter udah pernah pernah bilang kan, kamu harus beradaptasi sama rasa sakit itu." Perlahan tangan Rico melepas tangan Alvi yang sejak tadi mermat dadanya sendiri.

"Lama-lama kamu juga terbiasa."

Alvi mengangguk seraya membuka kelopak matanya, kemudian menghapus jejak air matanya dengan lengan baju. Walaupun rasa ngilu itu masih membuatnya tidak nyaman.

"Kamu tunggu dulu ya, Dokter Rico telponin Abang kamu buat suruh jemput kamu pulang."

Rico pergi ke depan pintu untuk menelpon Dika, ya walaupun ia tidak terlalu yakin Dika mau menjemput Alvi. Tetapi, ia pikir tidak ada salahnya mencoba dulu.

3 kali Rico menelpon nomor Dika, akan tetapi panggilan nya tak di jawab. Baru saja Rico menaruh kembali ponselnya ke dalam kantong celana, panggilan masuk membuat ponsel itu berdering.

"Dika?" Gumam Rico tak percaya.

Rico segera mengangkat telponnya, dan mendekatkan ponsel itu ke telinga kanannya.

"Ada apa Dok?"

"Kamu bisa ke rumah sakit cempaka? Adik kamu Alvian sudah boleh di pulangkan."

"Terus? Apa urusannya sama saya?"

"Kamu bisa jemput Alvi?"

"Oh, maaf ga bisa. Saya sibuk! Bilang aja sama Alvi, pulang sendiri aja kan bisa. Lagipula, administrasi nya sudah saya bayar. Jadi saya gak ada urusan lagi."

Mendengar ucapan Dika, Rico langsung mematikan ponselnya, ia sudah benar-benar muak dengan sikap Dika.

Segera ia masuk kembali ke dalam ruangan, ia melihat Alvi yang tengah duduk seraya menunggu kedua suster membantu merapihkan barang-barang milik Alvi.

"Al, Dokter pesenin taksi aja ya, Abang kamu gak jawab telpon dari tadi. Mungkin sibuk." Ucap Rico sedikit berbohong agar Alvi tidak terlalu kecewa.

"Yaudah, gapapa. Makasih ya Dok," ucap Alvi seraya tersenyum paksa.

•°•°•

Duduk di malam hari sambil melihat komedi putar memang mengasyikan. Netra gadis itu bahkan tak beralih dari komedi putar, seraya sesekali mulutnya menyantap ice cream cokelat lembut di atas wafer cone.

ALVIRENDRAWhere stories live. Discover now