02 - Salah paham.

734 112 88
                                    

Plak!

"GUA BILANG GA USAH LO DEKET-DEKET SAMA GELYA!" Bentak Dika dengan tatapan tajam nya pada Alvi.

Alvi hanya diam bersandar pada pintu kamar nya yang tertutup rapat. Kepala nya hanya menunduk mendapat tatapan tajam kakak nya yang seakan ingin membunuh. Baru saja ia masuk kamar, Dika langsung mengintrogasi nya seperti seorang pencuri.

"Bang Dika, Alvi ga pernah deketin Kak Gelya! Sumpah! Alvi sama kak Gelya itu cuma sebatas senior dan junior, ga lebih." Elak Alvi dengan mata yang berkaca-kaca.

Dika mencengkram erat kerah baju Alvi hingga membuat leher Alvi terasa sedikit tercekik. "Lo mau ngasih pembelaan 1000 kali pun, gua tetep ga akan percaya Al!" 

"Bukti udah ada di tangan gua!"

"BUKTI APA?!" Bentak Alvi yang mulai tersulut emosi.

Dika membuka chatt whatsapp nya dengan seseorang, lalu menunjukkan sebuah foto dimana Gelya tengah membantu Alvi. "Nih! Lo liat!" 

"JELAS?!" Gertak Dika.

Dahi Alvi mengernyit melihat foto itu, lagi-lagi sebuah kesalah fahaman terjadi di antara mereka berdua.

Alvi hanya bisa melihat punggung Dika yang mulai menjauh dari pandangan mata nya.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu itu membuat Alvi sedikit panik, ia segera menghapus kasar jejak air mata nya saat pria paruh baya itu membuka lebar pintu kamar.

"Alvi? Kamu kenapa?" Tanya seorang pria paruh baya dengan rambut hitam bercampur putih itu mendekat pada Alvi lalu berdiri di hadapan nya.

Mendengar pertanyaan itu, Alvi hanya menggeleng lemah seraya tersenyum seakan menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.

Pria paruh baya dengan nama lengkap Ananda Narendra Putra, sang Ayah yang sudah mengetahui karakter putra nya itu hanya menghela nafas berat, ia tau bahwa Alvi berbohong padanya.

"Kita cuma salah paham aja kok," ujar Alvi.

Netra Ananda menelisik setiap sudut wajah putra nya. Netra nya menyipit saat mendapati lebam di sudut bibir Alvi. Dengan perasaan kesal, Ananda berbalik badan hendak keluar memanggil Dika. Tetapi niat nya gagal, karena tangan nya terlanjur di cekal oleh Alvi.

"Jangan marahin bang Dika, nanti dia tambah marah sama Alvi. Udah biarin aja," ucap Alvi dengan tatapan memohon pada sang Ayah.

Ananda menghela nafas gusar, dahi nya mengernyit nampak berfikir sejenak dan mempertimbangkan keputusannya.

Tangan Ananda menepuk pelan pundak Alvi, mengangguki permintaan putra bungsunya. Dengan begitu membuat Alvi bernafas lega, perlahan tangan Alvi memeluk tubuh sang Ayah. Hanya merasakan pelukan hangat Ayah nya saja sudah membuat hati Alvi begitu tenang dan mampu meredakan api yang semula membara dalam benaknya.

"Ayah, Alvi kangen sama bunda," lirih nya.

"Alvi boleh ga temuin bund-" 

"Lupain Bunda kamu Al! Dia udah ga ada!" Bentak Ananda seraya melepas pelukan nya pada Alvi.

"Tapi kan-"

"Bunda kamu itu udah ga ada Al!" Bentak Ananda mempertegas ucapan nya.

Tubuh nya seakan membeku mendengar ucapan Ayah, Alvi menggelengkan kepala nya pelan dengan penuh keyakianan. Ia yakin Bunda masih hidup!

"Bunda masih hidup, Yah! Bunda masih hidup!" Tegas Alvi dengan tangan terkepal erat.

"Bunda menderita di sana, tapi Ayah ga lakuin apapun buat Bunda! Kenapa?!" 

ALVIRENDRAWhere stories live. Discover now