46 - 4 9 11 1 (B)

437 88 31
                                    

Sebelum tidur, seperti biasa Alvi tengah membuka aplikasi sosial media nya, hanya untuk sekedar melihat-lihat sembari menunggu matanya mengantuk.

Rasa sakit dibagian pinggang dan perutnya kini sudah sedikit mereda, walau hanya 30% nya saja. Hal itu tentu membuat dirinya kesulitan tidur.

Tiba-tiba saja muncul notifikasi chat dilayar ponselnya. Dari nomor tak dikenal.

+6278*****
Lo nyari rekaman CCTV itu kan? Ada di gue... kalo lo mau.

Alvi mengernyitkan dahinya, bagaimana bisa orang ini tahu, kalau hari ini dirinya bersama Panji berusaha mencari tahu rekaman CCTV saat kejadian itu. Apakah pengirim nomor tidak dikenal ini adalah orang yang sama dengan yang mengirimkan kotak misterius tadi pagi?

+6278*****
Lo nyari rekaman CCTV itu kan? Ada di gue... kalo lo mau.

Lo siapa! Gak usah sok jadi peneror. Gua tau lo siapa.

Alvi melempar ponselnya diatas kasur empuk yang sedang ia tiduri. Ia segera beranjak dari sana, melangkah pelan entah ingin pergi kemana.

Sampai didepan pintu kamar seseorang, ia membuka pintu itu perlahan dengan hati-hati.

"Abang nga-"

Belum menyelesaikan kalimatnya, Alvi berhenti bicara saat melihat kamar Dika kosong, Dika tak ada dikamarnya. Alvi berfikir, seseorang yang tengah menerornya dari chat barusan pasti sedang bermain ponsel saat ini kan?

Tetapi kenapa Alvi justru berinisiatif pergi ke kamar Dika?

Tentu saja! Sejak tadi pagi Alvi mencurigai gelagat Dika yang menurutnya sedikit berbeda.

Tak menemukan Dika didalam kamar, Alvi berniat kembali kekamarnya.

Baru membuka pintu Alvi terjengit, ia sontak mundur selangkah dengan cepat ketika seseorang muncul dengan tiba-tiba saat Alvi masuk ke kamarnya.

Alvi menarik napas dalam, menatur detak jantungnya yang memompa kuat. Netranya masih tak beralih menatap orang yang ia kenal didepannya.

"Kenapa? Kok aneh begitu?" tanya Dika seraya menyentuh pundak kanan Dika.

Tangan Alvi menepis tangan Dika dari pundaknya. Lalu menerobos masuk begitu saja dari tubuh Dika yang menghalangi jalannya.

"Abang yang aneh," lirih Alvi yang masih dapat terdengar oleh kedua gendang telinga Dika.

"Aneh?"

"Iya aneh! Tiba-tiba muncul didalem kamar gua."

Dika tertawa pelan melihat wajah Alvi yang terlihat tegang.

"Gua baru aja dateng. Tadi gua abis nganter Ayah balik ke restoran lagi. Terus gua disuruh Ayah cek keadaan lo sebelum tidur, makanya gua masuk ke kamar lo. Ternyata lo nya gak ada," tutur Dika panjang lebar.

"Terserah abang!"

Saat itu juga, Alvi mendorong tubuh Dika sedikit kasar agar Dika keluar dari dalam kamarnya, dengan cepat ia menutup pintu dan mengunci nya dari dalam.

Alvi terdiam sejenak, menatap kotak hitam yang ia dapat tadi pagi, masih penasaran sebenarnya apa tujuan si pengirim itu memberikannya kotak yang hanya di isi selembar surat bertuliskan kode 5 digit.

ALVIRENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang