32 - Surat Perjanjian

552 90 77
                                    

Didepan sebuah batu nisan, seorang pemuda bersama sang Ayah tengah menaburkan bunga mawar merah yang semerbak harum pada gundukan tanah makam seseorang yang amat berharga untuknya. Selepas menziarahi makam Dava, mereka berdua saat ini datang menziarahi makam sang Mamah.

DIANA DWI ASARI
BINTI SULAIMAN.
Lahir : Bandung, 21 Oktober 1972
Wafat : Jakarta, 10 juli 2001

"Mah, maaf Dika baru sempetin kesini ketemu Mamah. Semoga Mamah bahagia disana ya, Dika selalu do'ain Mamah. Dika janji bakal jadi anak baik, biar bisa nyusul Mamah ke surga."

"Hari ini Dika ulang tahun, Mah... Tapi Dika gak pernah nganggep hari ini sebagai hari spesial, karna ini hari dimana Dika kehilangan Mamah."

"Makasih udah berjuang buat Dika. Dika sayang sama Mamah, walaupun Dika belum pernah ngerasain kasih sayang dari Mamah sekalipun cuma sekedar dipeluk."

"Bahkan Dika cuma bisa liat wajah Mamah dari foto yang Ayah tunjukin. Mamah cantik banget ya. Pantesan Ayah sayang banget sama Mamah."

"I love you Mamah. Kita ketemu disurga nanti ya."

Tangan Dika menengadah, guna memanjatkan do'a untuk sang Mama, dengan mata yang berkaca- kaca.

"Rabbighfir lii, wa li waalidayya, warham humaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa... Aamiin."

Dika mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah, lalu ia mengusap batu nisan itu dengan lembut.

"Kita berdua pamit pulang ya, nanti malem ada acara pengajian untuk mendo'akan kamu sekaligus ulang tahun Dika," ucap Ananda seraya mengusap batu nisan di makam almarhumah istrinya.

Setelah itu Ananda menoleh pada Dika untuk bertanya sesuatu padanya. "Dika, udah puas ketemu Mamah kan?"

Dika mengulas senyum dibibirnya seraya mengangguk pelan."Udah, Yah."

"Kita pulang ya? Atau masih mau disini sebentar?" tanya Ananda beruntun.

"Pulang gapapa, kasian Alvi dirumah sendirian."

Ananda mengangguk pelan menyetujui ucapan Dika barusan. Mereka berdua segera beranjak sari tempat pemakaman untuk kembali ke rumah.

•°•°•

Tepat jam 7 malam, selepas sholat isya' semua orang yang diundang untuk pengajian sudah mulai berkumpul dikediaman Ananda.

Dika memang tidak pernah merayakan hari ulang tahun dengan pesta besar seperti teman-temannya yang lain. Ia lebih memilih menggelar pengajian, untuk sekaligus mendo'akan Almarhumah Ibunya.

"Al... Gelya lupa ulang tahun gua atau gimana ya? Kok seharian ini dia gak ada kabar, sekedar chatt aja nggak," bisik Dika yang duduk disamping Alvi.

"Ga tau Bang, tapii..."

"Tapi apa?" tanya Dika penasaran.

"Pas disekolah, Kak Gelya sama Kak Caca sikapnya beda banget ke gua. Mereka kayak ngejauh," tutur Alvi dengan jujur. Ia sedikit menyandarkan punggungnya pada tembok.

"Serius?"

"Serius."

Dika terdiam, ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan untuk menetralisir pikiran negatifnya.

ALVIRENDRAजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें