41- Bullying

493 90 48
                                    

Hallo aku balikkk :) ga jadi hiatus wkwkwkk😂

Sorry kalo banyak typo dan double kata , blm di edit

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Liburan kenaikan kelas sudah berakhir, hari ini akan menjadi hari pertama Alvian masuk sekolah dikelas 11.

Menurut pengumuman daftar kelas yang di umumkan digrup whatsapp tadi malam Alvian ternyata masuk kedalam daftar siswa kelas 11 Tata Boga 1, setelah melalui proses pemeringkatan perjurusan. Peringkat 1-30 masuk ke kelas Boga 1, peringkat 31-60 masuk ke kelas Boga 2, dan peringkat 61-90 masuk ke kelas Boga 3.

Namun Alvi tampak murung sekali dimeja makan, ia sejak tadi hanya mengaduk makanan dipiringnya seperti tak ada nafsu makan sedikitpun.

Dika yang menyadari hal itu tangannya bergerak mengusap lembut surai hitam milik Alvian, adiknya. Sejak satu minggu setelah kejadian dirumah Agam, Alvian nampak berbeda, ia cenderung lebih pendiam, murung dan sering menyendiri didalam kamarnya.

Ulah yang dilakukan Agam, sangat berpengaruh besar. Alvian menjadi bahan bully-an disemua grup angkatannya. Banyak yang mencemo'oh dirinya dengan mengatakan kalau ia anak haram, anak buangan, anak pungut. Apalagi yang lebih keterlaluan, Agam merekam ucapan Raffi saat menghina Alvian bahkan menyebarluaskan nya ke sosial media.

"Cepetan makannya, udah setengah tujuh. Ini hari pertama lo sekolah di tahun ajaran baru, jangan sampe telat," ujar Dika menatap wajah Alvi dari arah samping.

Brak!

"Alvian!" Bentakan disertai tangan yang menggebrak meja itu membuat Alvian terlonjak kaget, ia semakin menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Udah berapa kali Ayah bilang, jangan kayak gini terus! Ayah lama-lama muak sama sikap kamu."

"Sejak kapan kamu lemah kayak gini!"

"Tapi mereka keterlaluan Ayah," lirih Alvian dengan suara gemetar.

Tangan Ananda bergerak mengangkat dagu Alvian agar anak itu mau menatap wajahnya. Saat itu Ananda tertegun melihat mata Alvian yang berkaca-kaca menahan genangan air matanya. Ia tidak pernah melihat Alvian sehancur ini sebelumnya hanya karena ancaman dari geng nya Agam. Padahal dulu sepertinya tidak ada rasa takut sedikitpun dimata Alvian saat mendapat berbagai ancaman dari musuh bebuyutannya itu.

"Ayah, apa sebaiknya Alvi pindah sekolah aja?" tanya Dika setelah meneguk segelas air hingga tandas.

"Ga bisa, cuma SMK PRAMITHA satu-satunya sekolah pariwisata internasional terbaik di kota ini."

Dika menghela napas panjang, sulit memang untuk membujuk Ayahnya apalagi ketika Ananda sudah mengatakan tidak, maka tidak akan pernah terjadi.

"Tapi, Yah. Percuma Alvi pinter tapi mentalnya ancur disekolah itu. Ayah ga takut kalo Alvi sampe kayak dulu lagi?"

Ananda sempat terdiam sesaat setelah mendengar ucapan Dika. Ia menatap raut wajah Alvian yang pucat seperti menahan banyak rasa takut dibenaknya.

"Nanti Ayah pikirin lagi soal itu, sekarang kalian berangkat!" titah Ananda seraya menarik pelan tangan Alvian agar mau berdiri dari tempat duduknya.

•°•°•

Sesampainya disekolah, Alvian melangkahkan kaki nya gontai menyusuri setiap lorong sekolah, tepatnya dilantai 2 bangunan SMK PRAMITHA.

Sejak tadi telinga Alvian sudah dibuat gelisah mendengar obrolan siswa-siswi yang melintas didepannya, apalagi yang mereka bicarakan tak lain dan tak bukan adalah Alvian.

ALVIRENDRAWhere stories live. Discover now