TUJUH BELAS: ALEXANDER VS KAPTEN BASKET

Mulai dari awal
                                    

Evalina sontak kaget dan langsung menampar cowok itu. Namun tangannya dengan mudah ditangkap Brandon.

"Gue suka sama cewek yang jual mahal begini!" ujarnya sambil mengedipkan sebelah mata.

Entah mengapa, Alexander tak suka ketika melihat tangan perempuan itu digenggam sama cowok lain. Apalagi dengan kekerasan seperti itu. Ia lantas mengerang keras. "Lepasin tangan dia."

Sepertinya Brandon sudah tahu sekarang alat untuk memancing Alexander. "Wah ada yang marah nih."

"Oke... gini aja, kalau lo menang, gue enggak bakal gangguin dia lagi." Brandon melepaskan tangan Evalina.

Perempuan berkepang dua itu mengusap tangannya yang memerah karena pegangan tangan kasar itu.

"Kok lo jadiin gue bahan taruhan!"

"Lo pikir lo siapa! Hah!" sahut Evalina tak terima.

Cowok berotot itu menarik sudut bibirnya. "Sekarang nasib lo ada ditangan Alexander."

Merasa urusannya telah selesai, lantas kapten basket itu berseru kepada pasukannya. "Ayo guys cabut!!!"

Tujuh murid kelas lain itu keluar kelas mereka tepat bel masuk berbunyi.

Evalina melirik Alexander.

Alexander hanya diam.

Ah... pagi-pagi udah pada berantem begini.

Dasar ya itu kapten basket suka cari gara-gara!

Tapi entah mengapa, Evalina punya pirasat buruk, cowok bajingan itu pasti sudah merencanakan sesuatu. Yang jelas sesuatu yang jahat!

Evalina tidak mau terjadi apa-apa kepada Alexander.

Apalagi kejadian ini masih ada sangkut paut dengan dirinya!

Evalina tidak akan bisa mengampuni dirinya jika ada hal buruk yang terjadi pada Alexander. Di dalam heningnya, Evalina berdoa dalam hati, semoga cowok berahang tegas itu tidak menerima tantangan Brandon.

Perempuan berlesung pipi itu rela kok digangguin. Ia akan melawan. Ia akan tendang aset masa depan tuh kapten basket! Biar mandul sekalian!

***

Alexander sudah memikirkannya matang-matang. Tidak ada pilihan yang terbaik selain menerima tantangan cowok bajingan itu. Permasalahan ini harus segera diselesaikan. Sampai tuntas!

Ia tahu perempuan yang duduk di sampingnya itu menatapnya dengan cemas namun semua ini demi kebaikannya. Alexander tidak mau siapapun mengganggu apalagi berbuat kurang ajak kepada Evalina.

Mungkin memang Alexander tidak ada hubungan apa-apa dan tak perlu melindungi perempuan itu. Tetapi ketika melihat mata Evalina berkaca-kaca dan wajahnya ketakutan, dirinya tidak mungkin hanya diam saja.

Karena di dalam dirinya ada perasaan yang memberontak. Memintanya untuk bergerak dan mengambil tindakan. Ya, seperti saat ini, ia sudah memutuskannya. Alexander akan menerima tantangan cowok bajingan itu.

Bel pulang akhirnya berbunyi dan semua murid memandang Alexander yang berdiri.

"Lo jangan berantem ya?" lirih perempuan di sampingnya.

Alexander tidak ingin menoleh. Karena tatapan itu bisa saja menghipnotisnya. Dan membuatnya luluh kemudian menuruti semua perkataannya.

"Jangan pernah ikut campur urusan gue!"

"Gue takut." suara Evalina terdengar sangat cemas.

Cowok berjaket jins itu menghelas napas. "Lo enggak perlu khawatir."

RAJAWALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang