BAB 21 - Terlihat Buram

Start from the beginning
                                    

"Eh, eh, eh, pelan-pelan Reva."

"Iya maaf, ini gara-gara lo sih Rom."

"Lah kok gue?" Respon Romeo tak terima.

Tasya langsung mengedipkan matanya memberi kode-kode pada Romeo untuk mengalah. Tasya langsung menyodorkan sedotan itu kembali ke mulut Reva. Untuk ditelannya kedua kali agar mengalirkan air yang menyangkut di tenggorokannya.

"Huft, untung aja gue nggak mati."

"Hust, ucapanmu!"

Romeo spontan seperti biasa. Ia selalu penuh kejutan di setiap situasi. Apalagi mendengar lelucon tak baik seperti itu. Dia selalu mencoba mengingatkan agar ucapan itu tak berujung petaka. Alhasil teman-temannya selalu menganggap hal itu perlu dibenarkan. Dan selalu meminta maaf setiap mereka salah berbicara seperti itu.

"Iya, iya maaf."

Ucapan Reva membuat Tasya tertawa singkat. Melihat tingkah aneh mereka yang solid. Saling menghargai pendapat masing-masing. Meskipun itu harus dengan peringatan kasar. Tetapi kalau itu baik, kenapa harus disalahkan. Karena tak semua penegasan harus ditekankan pada hal-hal kemarahan. Bisa saja kesalahan juga harus perlu penegasan.

"Okey, kita kembali ke topik. By the way, lo cari tau kemana dah teka-teki itu?"

"Kemarin sepulang sekolah. Gue ketemu dia. Dan lo tau dia sama siapa?"

"Siapa, Meo?"

Suasana mulai menegang. Romeo memperlambat durasi agar keduanya penasaran. Menunggu ucapan Romeo yang amat serius dihadapan. Tasya dan Reva melihat Romeo seakan tanpa kedipan. Tatapannya tertuju pada bibir Romeo yang siap memunculkan jawaban dari rasa penasaran ini.

"Pacarnya, tapi entah kenapa saat gue ikutin mereka ya. Mereka kayak bertengkar gitu dah."

"Hm...Dia lagi." Ucap Reva sambil memalingkan wajahnya.

Romeo yang melihat hal itu spontan mengagetkan Reva. Ia hanya ingin semua ini tak begitu menegangkan. Hanya sebagai lelucon tambahan di tengah suasana panas perbincangan mereka.

"Demi apa lu!" Tegas Romeo sambil memukul meja dengan kedua tangannya.

"Romeo!" Kejut Reva dan Tasya kompak.

Tasya langsung auto mencubit Romeo dengan amat kesalnya. Ia begitu gemas dengan sikap Romeo sampai tak tertolong jengkelnya. Beda dengan Reva, ia memukul tangan Romeo. Dengan rasa sakit yang sulit hilang menurut Romeo. Tapi dia sudah biasa diperlakukan seperti itu. Memang anaknya terkenal iseng.

"Aduh, sakit tau."

"Makanya lu jadi anak gausah jail!"

"Iya ih." Saut Tasya.

Romeo malah tertawa dan melupakan sejenak beban pikirannya saat ini. Reva lalu tak melanjutkan apa yang ia maksud dari kata-kata sebelumnya. Namun Tasya sudah kepo akan hal itu. Sambil meminum es teh kantin, semua itu masih berlanjut.

"Sorry Rev sebelumnya. Dia yang kamu maksud itu siapa ya?"

"Oh si dia, Si dia itu pacarnya si Mily. Mereka beda agama."

Tasya langsung menutup mulutnya dengan rasa terkejut. Romeo mendengar hal itu langsung lemas tak berdaya. Ia langsung meminum es tehnya dengan rasa penuh ketakutan. Ternyata yang ia lihat kemarin bukan hanya masalah biasa. Tapi benar-benar luar biasa. Romeo berfikir kalau hal ini mungkin menjadi pusat masalah dimana selama ini Mily berubah sikap.

"Wah gilak sih, kalau emang bener kayak gitu. Mungkin nggak sih kalau itu penyebabnya?"

"Maybe, nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini." Respon Reva singkat.

Romeo and His CrushWhere stories live. Discover now