𝖏 : lembar 27 ✿

352 52 10
                                    

"Mau hom pim pa, atau suit?" Kata Langit bertanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau hom pim pa, atau suit?" Kata Langit bertanya. Sayangnya, pertanyaan Langit yang barusan ia lontarkan menjadi sumber kebingungan saudaranya yang lain.

"Bang Langit, mau main apa?" Raka bertanya balik.

"Bukan main! Kita suit, nanti yang menang duluan ke atas. Jadi bahan uji coba, siapa tau dimakan sama hantu yang ada di atas."

"Ini bocah gobloknya nggak ilang-ilang, hdeh!" Berakhir kepala Langit ditoyor oleh Arsa.

"Langit serba salah." Kata Langit sembari mencibir sedih.

"Bang Asta udah sadar, belum?" Arjuna masih sibuk dengan pekerjaannya, yaitu membangunkan Anggasta dari pingsannya setelah Mashika keluar dari tubuhnya.

"Liat aja! Kalau belum melek ya belum sadar." Angkasa menimpali.

"Tapi, omong-omong, kalian sadar nggak, sih? Kejadian sebelumnya Asta juga dijadikan wadah sama hantu penunjuk jalan. Sekarang, Asta juga kesurupan lagi."

"Tumben otakmu pinter, Git." Arsa mengacungkan jempol pada Langit. Lalu, Langit pun merasa bangga pada dirinya.

"Bisa kita ke atas sekarang?"

"Tapi bang Asta belum bangun," Kata Arjuna membalas tuturan kata Arkana, seraya menepuk-tepuk pipi tembam Anggasta, bermaksud membangunkannya.

"Seret aja." Kata Raka yang sontak mendapatkan jawaban berupa pelototan mata dari sang kakak-kakaknya.

"Biar Aku yang gendong Asta." Langit pun mendekat dan merebut Anggasta dari pangkuan Arjuna.

"Iya, deh, si paling Asta." Nyinyir Arsa.

Mereka pun memulai menginjakkan tungkai kaki pada anak tangga tua yang telah rapuh itu, satu-persatu, dan sangat pelan. Mereka lebih takut apabila mereka terjatuh dari ketinggian ketimbang arwah misterius yang mempunyai energi besar di atas sana.

Sedangkan, Langit yang membawa Anggasta dibelakangnya tak kunjung berani menapaki anak tangga, karena dirinya membawa dua berat badan, dan takut apabila anak tangga kayu itu langsung patah dan roboh seketika.

"Abang, Langit takut. Nanti kalo dedek gemes ikutan ketiban kayu, gimana?"

Sontak mereka berhenti dengan kompak, dan menoleh kebawah. Dimana Langit menampakkan muka memelas, dan Anggasta yang masih terlelap dalam gendongan Langit.

"Makanya, nggak usah sok-sok an jadi superheronya bang Asta. Repot sendiri, 'kan?" Kata Raka malas.

"Halah, bilang aja kamu iri, 'kan, Ka! Kamu belum bisa gendong Asta. Yang ada, nanti kamu yang ketiban. AWOKAWOKAWOK!"

"Nggak jadi berbelas kasih deh aku. Ternyata Langit ngelunjak."

"Iya, bener. Ayo ke atas aja duluan. Tinggalin aja dia."

[2] adinata ; enhypen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang