𝖍 : lembar 18 ✿

434 68 23
                                    

"Akh!" Mashika seakan mencekek leher kelimanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akh!" Mashika seakan mencekek leher kelimanya. Mereka yang melayang pun merasakan sakit teramat pada leher mereka. Mungkin nantinya akan meninggalkan bekas cap lima jari berwarna merah dari tangan gaib milik hantu didepan mereka.

Arkana terdiam. Bingung memikirkan tindakan yang harus dirinya lakukan setelahnya. Jika Arkana memukul tangan Mashika, bundanya pasti akan kecewa, bundanya mengajarkan untuk jangan sekalipun memukul wanita.

Tapi ini bukan waktunya untuk berfikir panjang. Arkana dengan reflek memukul tangan Mashika, jugaan didepannya bukan manusia'kan? Namun tidak ada hasilnya. Tangan milik Arkana malah menembus tangan transparan Mashika. Mashika yang tahu niat Arkana hanya tertawa mengejek, membuat Arkana geram. Apalagi didepan matanya kelima saudaranya kesakitan karena berusaha menyelamatkan dirinya.

"Salah menilaiku, Arkana?"

Dengan sekedip mata, wujud Mashika berubah-ubah menyerupai orang terdekat Arkana.

Dia sedang mencoba memanipulasi, memutar balikan fakta yang ada.

"Uhm, bagaimana jika selama ini aku adalah Raka yang palsu, sedangkan Raka yang asli tersekap di alam lain?" Wujudnya kini menyerupai Raka. Penampilannya benar-benar mirip, bahkan baju yang dipakai Raka terakhir kali sebelumnya, Mashika tiru.

"Setan bodoh. Beraninya kamu berniat menipu kakakku! Kakakku pintar luar dalam, tidak seperti kamu yang modal wajah saja. Sudah jelas kamu b-"

Mashika semakin mengeratkan cengkraman tangannya pada leher Arsa, membuat Arsa tidak dapat menyelesaikan penuturannya.

"Kamu ini ternyata dongo, ya. Lima menit telah lewat, dan kamu belum memutuskan apapun." Mashika semakin geram. Sedangkan Arkana terdiam memperhatikan suatu hal yang penting,

"Dek, kalian jangan takut. Kita bakal keluar bareng-bareng."

"Jangan takut. Kekuatan terbesanya adalah, ketakutan dari kita." Lanjut Arkana. Arkana telah menyimpulkan, semakin rasa takut menguasainya, energi Mashika semakin besar. Maka dari itu sedari tadi Mashika mencoba membuat Arkana tenggelam dalam ketakutan agar dia bisa membawa enam saudara sekaligus.

Tiba-tiba Mashika tertawa. Reflek, Anggasta juga ikut tertawa, membuat Mashika melotot tidak terima. Apa-apaan bocil itu mengikutinya?

"Ketawamu mirip kuntilanak, HAHAHAHA!"

Tolong ingatkan Arkana ketika dirinya berhasil keluar dari sini, untuk menoyor Anggasta dan menunjukan wujud hantu yang dia sebut sebelumnya. Bisa Arkana pastikan, Anggasta akan berlari terbirit-birit ketika melihat penampakan hantu itu.

Arkana bisa melihat Mashika sedang meredam amarahnya. Lalu dengan kedipan mata lagi, Mashika telah berubah kewujud aslinya yang penuh darah.

"A-aku menyesal mengatakan hal konyol tadi.." cicit Anggasta sambil ikut menyusul yang lainnya memejamkan matanya untuk menghindari kontak mata dengan Mashika.

[2] adinata ; enhypen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang