𝖍 : lembar 10 ✿

552 86 8
                                    

Wajah arwah di depannya terganti menjadi sendu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wajah arwah di depannya terganti menjadi sendu. Arkana sudah was-was, apakah dirinya salah berbicara? Apa sekarang dir─

"Aku kehilangan hal-hal yang aku banggakan. Wajah cantikku, keluarga, teman, dan kehidupanku. Aku masih ingin hidup. Aku masih ingin merasakan kehidupan, Arkana!"

Arkana mengerjapkan matanya. Dia kebingungan. Mengapa arwah kakak kelasnya menjadi ngamuk ke dia? Arwah itu menuntut kehidupan? "Jika kak Hika masih menghargai kehidupan, mengapa kakak nekat melenyapkan nyawa kak Hika sendiri?"

Dengan sekedip mata, Arwah Mashika telah turun, tidak menempel pada langit-langit kamar seperti tadinya. Arwah itu terduduk di tepi kasur dengan mata yang setia menatap tajam ke arah Arkana.

"A─"

"Kak, saya engga bisa gerak. Pegel, hehe." Peringat Arkana. Sebenarnya Arkana ingin membatin, namun entah kenapa suaranya malah ikut keluar.

Arwah tersebut seakan menganggap tuturan Arkana hanya angin. Iya, permintaan Arkana barusan tidak dihiraukan. Dan arwah Mashika kini hendak melanjutkan pembicaraannya, membuat Arkana menggerutu. 'Setan aneh, banyak permintaan, tapi dimintain tolong engga mau!' Batinnya berteriak.

"Jika aku mengatakan, aku tidak bunuh diri. Apa kau akan percaya?" Genangan air di kelopak matanya mulai terkumpul. Ternyata hantu dapat menangis.

Arkana menggeleng. "Maksudnya?"

"Aku tebak, kau pasti menganggapku sebagai arwah pendendam." Arkana hanya mengangguk. "Tidak. Aku bahkan bersyukur telah dilepaskan di kehidupan penuh kekangan. Namun, bukan keinginanku untuk menghilangkan nyawaku sendiri."

"Kakak dibunuh? Didorong? Di bully oleh para orang sirik?" Arkana menerka terka, mulai tertarik oleh jalur topik.

Hantu Mashika menggeleng lemah. "Arwah pendendam lain. Arwah itu merasuki tubuh siswa berprestasi di sekolah semenjak setahun terakhir. Kau ingat angkatan sebelumnya yang ditemukan tidak bernyawa di gudang sekolah? Itu salah satu korbannya."

Arkana melotot tidak percaya. Arkana tentu mengingat kejadian yang sama menyeramkannya saat dirinya duduk di bangku kelas tujuh. Arkana hanya terlarut dalam bayang benaknya, mulai dari peristiwa kemarin hingga kini, seluruhnya ada hubungannya dengan arwah pendendam.

"Kak Hika .. bisa tunjukkan arwah pendendam yang mana?" Arkana dapat melihat arwah Mashika sedikit terperanjat takut. Jika arwah seseram Mashika dapat merasakan takut pada arwah pendendam yang membuatnya bunuh diri, itu berarti wujud arwah pendendam itu akan sangat lebih mengerikan?

"Tidak. Aku takut dia akan datang."

Arkana merengut heran. "Apa dia ada disekitarku?" Mulutnya sontak berbicara tanpa aba-aba. Arkana-pun memukul mulutnya yang selalu asal berbicara.

Hantu Mashika berdiri seakan mempersiapkan dirinya untuk menghilang. "Iya. Dan dia telah datang," Mashika hilang begitu saja bersamaan dengan pintu kamar milik Arkana yang terbuka.

[2] adinata ; enhypen ✓Where stories live. Discover now