𝖏 : lembar 21 ✿

442 69 7
                                    

"Dia berambut pendek?" Arsa mengangguk di antara gulungan selimut yang berada diatas kasur milik Arkana

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

"Dia berambut pendek?" Arsa mengangguk di antara gulungan selimut yang berada diatas kasur milik Arkana. "Pendek. Pendeknya sekitar sebahu, mungkin? Aku tidak berani terlalu lama menatapnya, takut naksir."

Arkana pun melotot kaget, juga tangannya yang terangkat menepuk dahi Arsa pelan. "Aneh kamu. Setan kok kamu sukain?"

"Abisnya, bang. Matanya cantik, saking cantiknya aku sampai nelen odol." Kata Arsa cengengesan.

"Cantik?"

"Iya."

"Banget?"

"Iya."

"Arsa tau 'kan, kalo kita dirumah laki-laki semua?"

"Nah, itu masalahnya, abang!"

Arkana mengernyit. "Hah?"

"Kok aku bisa liat hantu? Energinya besar mungkin, ya?"

Arkana terdiam sejenak. Matanya bergerak gelisah. Bodoh, kenapa dirinya baru menyadari hal janggal di topik yang panas ini. Padahal baru saja Arkana menyebut kata setan tanpa dirinya sadari.

"Dia menapakkan kakinya?" Arkana bertanya sekali lagi untuk meyakinkan kejadian yang terjadi sebenarnya. Dan jawaban Arsa selanjutnya membuat ketakutan Arkana menguar.

"Tidak. Dia mendekatiku dengan melayang."

Jantung Arkana berdetak lebih kencang. Hal yang ia takuti semenjak kejadian ulang tahun ke tiga belasnya, terulang kembali, terjadi pada adik pertamanya.

"Lotus." Satu kata nama yang keluar dari mulut Arkana, memunculkan sesosok makhluk tak kasat mata langsung didepan mereka. Arsa yang awalnya sudah mengeluarkan kepalanya untuk bercerita lebih tenang pada Arkana pun, kini kembali mengerubungi seluruh tubuhnya dengan selimut yang sedari tadi digenggamnya.

"Abang! Ini, hantu yang ini yang aku lihat!" Kata Arsa samar-samar gemetar didalam sana.

"Lotus?" Panggil Arkana. Lotus yang sedari tadi menunduk, kini menatap Arkana jengkel. "Kak Lotus!" Koreksi hantu perempuan cantik itu.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Kamu menampakkan dirimu didepan Arsa?"

"Dibelakang, Arkana. Bukan didepan. Aku tegaskan, aku tidak menampakkan diriku. Aku .. aku hanya berjalan-jalan mengelilingi rumahmu seperti yang biasa aku lakukan sebelumnya. Tapi, aku pun terkejut ketika adikmu bisa melihatku dikamar mandi tadi. Biasanya setiap aku mengunjungi kamarnya, dia tidak melihatku." Jelasnya panjang lebar lalu diakhiri dengan menunduk sembari mencebik kesal.

Tanpa mengurangi rasa takut, Arsa dengan kikuk mengeluarkan kepalanya dari kerubungan selimut itu. "Apa? Jadi selama ini kamu selalu ada disekitarku?" Arsa ingin melontarkan kalimat dengan nada tinggi karena kesal. Tapi niatnya diurungkan karena dirinya masih takut dengan sosok perempuan didepannya yang berjarak beberapa langkah saja.

[2] adinata ; enhypen ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum