𝖏 : lembar 25 ✿

366 62 1
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Decitan pintu tua yang menimbulkan gema menyeramkan dan membuat suasana ricuh didalam bangunan itu mendadak hening

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Decitan pintu tua yang menimbulkan gema menyeramkan dan membuat suasana ricuh didalam bangunan itu mendadak hening. Mereka sama-sama tidak ada yang berani menoleh dan menahan diri untuk tidak penasaran oleh sumber suara.

Mereka pun mendadak kospley menjadi patung dengan jangka waktu yang cukup lama. Tidak ada yang berani menoleh kebelakang karena, hawa dingin dan lembab mulai menyelimuti sekitar mereka.

Hingga sesosok perempuan berjalan menembus mereka. Sosok itu berjalan dengan anggun dan santai seakan tak ada makhluk lain yang melihatnya, dan dengan lancangnya menembus tubuh mereka.

Hal itu tentunya membuat tujuh bersaudara itu tersentak tak bisa berkata-kata. Beberapa dari mereka sontak membungkam mulut mereka sendiri dengan tangan milik mereka sendiri, mencegah timbulnya suara teriakan yang keluar.

Sosok hantu itu tiba-tiba berhenti, tak kunjung bergerak, membuat tujuh saudara itu semakin waspada tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Aku hanya menumpang lewat. Aku jalan saja kalian takut, apalagi aku tak menapakkan kaki?" Tuturnya lembut namun entah mengapa, Anggasta merasa terancam akan kalimat yang sosok itu lontarkan barusan.

Perlahan, kepala itu menengok dengan lembutnya dan memperlihatkan mata yang tajam, tapi anehnya, bersamaan dengan waktu, sorot mata tajam itu juga menyorotkan keteduhan yang sangat menenangkan. Pikir mereka.

"Dari dulu sangat banyak yang datang kesini untuk melakukan hal tak senonoh, dan melakukan perekaman yang membuat salah satu penunggu disini terganggu. Mereka yang bermain-main kemari, berakhir tragis."

Semula, tujuh saudara itu saling berjauhan, kini setelah mendengar mitos dari sosok hantu yang mereka tak tau asal-usulnya, mereka saling mendekap ketakutan.

"Bagaimana nasib kita malam ini?" Cicit Angkasa.

"Jika kalian tak ingin bernasib sama maka, pergilah." Wajah sosok hantu perempuan itu kini telah terpampang sepenuhnya. Mereka bersyukur setidaknya wajah itu terlihat tak seram. Sosok itu juga memiliki aura keibuan? Namun dengan aura yang dipancarkannya adalah tenang, bukan berarti mereka santai dan tak waspada, mengingat banyak jenis hantu yang gemar menyesatkan manusia.

[2] adinata ; enhypen ✓Where stories live. Discover now