𝖍 : lembar 16 ✿

450 71 4
                                    

"Lalu, apa yang harus kita lakukan? Kemana kita akan pergi dan bagaimana caranya?" Masalah besar yang menimpa mereka kini adalah kelimanya tak kunjung sampai pada alam tipuan arwah itu dan masih berada pada tempat awal pertama kali muncul

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan? Kemana kita akan pergi dan bagaimana caranya?" Masalah besar yang menimpa mereka kini adalah kelimanya tak kunjung sampai pada alam tipuan arwah itu dan masih berada pada tempat awal pertama kali muncul.

Didepan mereka terdapat gerbang berukuran raksasa yang menjadi objek pemandangan yang mereka kelimanya lihat sedari beberapa menit lalu.

"Aku pikir, kita harus membuka pintu titan ini. Mungkin didalamnya kita bisa menemukan bang Kana yang sedang menikmati kolam coklat berbagai varian rasa, ataupun ice cream?" Saran Anggasta dengan kedua mata berbinar membayangkan indahnya imajinasi ciptaannya.

"Dasar abang bego. Aku khawatir abang akan mudah terkena bisikan dan ajakan setan didalam sana." Umpatan yang Arjuna tahan daritadi untuk Anggasta pun tanpa sadar terlontar begitu saja.

Anggasta merengut kesal lalu menjauh dari Arjuna, dan mendekap lengan Langit yang berada disampingnya, berniat mengadu.

Tuk .. Tuk .. Tuk ..

Tiga ketukan yang ditimbulkan oleh Angkasa, membuat pintu berukuran besar juga tinggi itu terbuka terdorong kebelakang dengan ajaibnya, dan mengeluarkan cahaya secerah dan sesilau cahaya yang dipaparkan oleh matahari.

Suara decitan yang menggema serta sorakan cicitan demi cicitan burung seakan menyambut kedatangan kelima saudara yang belum terpencar itu. Sungguh menurut Anggasta, suasana yang ditimbulkan ketika gerbang itu terbuka memiliki suasana yang sama dengan film petualangan favoritnya.

Gerbang besar itu kini telah terbuka sempurna. Entah bagaimana, angin sejuk ikut serta keluar berterbangan dari dalam sana dan menerpa permukaan kulit kelima anak laki-laki didepannya.

"Apa ini surga?" Cicit Arsa takut dengan nada gemetarnya. "Aku baru hidup dua belas tahun. Masa sudah mati saja, sih?" Yang selama ini Arsa takutkan, akankah akan menjadi kenyataan? Dirinya akan mati konyol ketika berusaha menyelamatkan kakaknya. "Tidak apa. Yang penting surga didepan mata." Kata penenang terlontar dari diri Arsa sendiri.

Anggasta yang terhimpit berada di tengah-tengah antara Langit dan Arsa pun hanya bisa menggeleng sabar lalu ikut bergumam, "Sinting. Aku tidak ingin mati sekarang. Padahal aku ingin sekali mencoba varian rasa Choco Mint terbaru."

"Berdoa yang terbaik saja. Aku harap setelah kita kembali nanti, aku bisa bersyukur karena diberi hidup sekali lagi. Dan tidak akan menghabiskan sisa waktu dalam hidupku untuk merenung saja." Langit pun menyusul untuk bergumam.

Ketahuilah, mungkin kata demi kata, kalimat demi kalimat yang mereka satu per satu lontarkan bukanlah sekedar hanya gumaman. Mungkin pesan terakhir?

Mustahil dengan jangkau waktu singkat membawa Arkana kembali dari arwah pendendam, kedalam pelukan kehidupan lagi.

"Katanya, Tuhan bersama orang yang berani. Tapi apa dayaku, aku penakut."

Hingga kelimanya pun melangkahkan tungkai kaki mereka, masuk kedalam alam penuh ilusi melewati gerbang besar penuh misteri itu dengan keyakinan dapat kembali hidup-hidup.

[2] adinata ; enhypen ✓Där berättelser lever. Upptäck nu