𝖍 : lembar 14 ✿

468 76 4
                                    

Di nuansa berbeda, seorang anak laki-laki dengan umur jauh lebih muda dibanding Arkana sedang menatap sengit lawan bicaranya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di nuansa berbeda, seorang anak laki-laki dengan umur jauh lebih muda dibanding Arkana sedang menatap sengit lawan bicaranya. Sebelumnya ketahuilah, lawan bicaranya bukanlah manusia.

"Sekali ini saja, tolong turuti perkataanku." Kata anak laki-laki itu memelas. Sedangkan raut wajah lawan bicaranya sangat ketara akan menolak, namun sebelum itu terjadi, anak laki-laki itu sudah lebih dulu mencela. "Ingat perjanjian kita. Ada waktunya kamu boleh ikut campur."

Roh didepannya menggeleng tidak terima. "Aku tidak bisa hanya diam memperhatikan hal yang seharusnya sudah terjadi. Arkana sudah ditakdirkan untuk menyelesaikan masalah ini. Lalu kini? Arkana mengundur waktu dan seakan lari dari tanggung jawab."

"Seiring berjalannya waktu, cepat atau lambat, biodatamu yang sebenarnya akan terungkap. Apa kamu takut mereka akan menjauhkanmu?" Lanjut roh itu dengan jengkel.

Sepertinya roh misterius itu sukses membuat anak laki-laki yang merupakan lawan bicaranya, kesal. "Kau lupa, kak? Akulah disini korbannya. Aku yang paling tidak merasakan apa itu keadilan kehidupan. I'm the most hurt, kak." Curah hati kesedihan itu telah terpublikasi. Kata demi kata yang terlontar membuat roh yang panggil dengan sebutan kak itu menjadi bungkam.

"Baiklah. Aku tidak akan menampakkan diri kedepannya dalam jangka yang cukup lama, jika itu keinginanmu." Roh itu patuh, seakan anak laki-laki itu adalah tuannya dan pergi meninggalkan serbuk-serbuk sisa ilmunya.

"Cepat atau lambat kebenaranku akan terungkap?" Anak laki-laki itu bergumam pelan lalu diakhiri dengan tertawa kaku.

"Cepat atau lambat kebenaranku akan terungkap?" Anak laki-laki itu bergumam pelan lalu diakhiri dengan tertawa kaku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku tidak bermaksud seperti itu, sungguh. Berhenti menangis, kak. Hantu di luar sana menjadi tambah kepo dan mengira aku yang membuat kak Hika menangis." Arkana merengut kesal. Hal yang dirinya anggap candaan membuat hantu Mashika menangis tersedu-sedu.

Karena merasa teman seperjenisan, hantu-hantu dari sawah samping kamar yang Arkana tempati pun datang dan kini menempelkan wajahnya pada jendela kamar. Arkana yang memang sedang kesal pun lantas memelototi wajah-wajah hancur mereka.

"Niatmu memanggilku kemari, apa?" Mashika mengungkit kembali topik beberapa menit lalu yang telah terlewati.

Arkana berfikir sejenak tentang kata apa yang bisa dirinya lontarkan sehingga tidak menyinggung hantu baperan didepannya. "Gini kak, sebelumnya, memangnya kalau aku sebut namamu, kak Hika akan datang?" Mashika mengangguk. "Kamu baru tau?" Mashika bertanya balik dan Arkana mengangguk sebagai jawaban.

[2] adinata ; enhypen ✓Where stories live. Discover now