Dare dua puluh lima

173 12 0
                                    

Jangan lupa vote & komentarnya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Jangan lupa vote & komentarnya. Seneng banget bacain komen kalian
⊙﹏⊙

•••

Langit gelap masih menyelimuti bahkan sang mentari belum menampakan wujudnya. Lelaki berpakaian oblong putih menuruni tangga melingkar di rumah milik seorang aktris yang namanya bahkan sudah tak asing di telinga masyarakat Indonesia pada masanya. Sampai sekarang pun sang mamih masih aktif menjadi seorang presenter acara televisi nasional. Masih setengah sadar, hendak membelok menuju kamar dan handuk namun, tanpa sengaja matanya menangkap seorang lelaki dan wanita memegang tangan begitu tatapan mereka cukup dalam selayaknya film romantis. Arlon tersenyum matanya merem melek.

"Damai. " rancau Arlon melewati kedua pasangan itu yang langsung melepaskan posisinya menjauh satu sama lain.

"Eh, n-ngapain kamu disini hah? M--masih pagi kan?" Ujar Vika--mami Arlon--menatap sang anak yang tiba-tiba memergokinya padahal mereka ketahuan sedang memasak bersama hampir saja akan berbaikan jika saja Arlon tidak memergokinya.

"Gini dong gak usah ada batas-batas segala. Keluarga Gue drama banget dah! Dalah, mimih sama pipih begini aja terus. Sekalian Arlon pesen satu adek cowok," kata Arlon di sela-sela mengambil handuk putih sembari melilitkannya pada leher karena bersiap akan melakukan ritual mandi sebelum berangkat sekolah.

"Orang gak ada apa-apa!" Elak mamihnya. Dia menatap sang suami.

"Jangan asal ngomong kamu!" Tambah tuan Rion menyangkal sesekali melirik istrinya itu. Entahlah disini tidak ada yang mau berpisah walaupun sempat terjadi pertengkaran hanya karena kesalahan sepele yang di lakukan salah satu dari mereka dan berakhir berbuntut panjang.

"Iya. Adek... Adek ... memang siapa yang bilang baikan. Saya juga males liat dia!" Vika melirik sang suami lalu membuang muka seraya menggulung tangannya di dada, angkuh.

"Cinta terhalang gengsiii!"

"ARLON!" Teriak kedua orang tua Arlon berbarengan. Bahkan Arlon yakin kedua orangtuanya memang masih saling mencintai hanya saja saling gengsi meminta maaf. Dulu saja keluarganya sangat harmonis, penyebab hanya karna sang mamih memergoki ayahnya itu sibuk bersama wanita lain jadilah mereka mulai cek-cok hebat. Belum lagi maminya tidak mau menjadi scandal buruk bagi publik, terpaksa mereka masih bertahan dalam satu rumah walaupun cara mereka selayaknya pasangan muda yang sedang kawin kontrak.

"Hader!" Balas Arlon sembari memasuki kamar mandi.

Selang beberapa lama. Lelaki itu turun dari tangga kamarnya dengan seragam putih abu-abu seperti biasa, dia akan membuka dua kancing atas bajunya tidak di masukan pula, apalagi memakai atribut sekolah sangat nol.

"Itu biasakan bajunya rapih dong. Malu,  wali kelasmu suka bilang kalo Arlon suka ngelanggar aturan sekolah. terus kemaren nilaimu naik sepuluh ya? Kalo bisa nilainya tingkatkan lagi delapan puluh, masa di kelas nilai kamu paling jelek?" Omel sang papih saat sang anak semata wayangnya melewati dirinya hendak menuju meja makan yang berada di wilayah sang mamih. Sementara tuan Rion sibuk merapihkan setelan jas hitam karena akan ada acara yang harus dia hadiri pagi ini.

ZERLON [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt