Dare dua puluh empat

178 14 2
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Satu lahapan buah anggur bulat berwarna ungu dia masukan ke dalam mulutnya lalu melangkah pergi keluar karena di rasa sudah kenyang akibat memakan kue bolu juga omelan mami nya tadi sungguh memuakkan jika saja Rasion itu tidak memancing amarah karena mengungkit dirinya berpacaran. Menyebalkan memang!

Zehra menarik lengannya ke atas sembari menguap melirik ke luar gerbang dimana dia dapat melihat rumah minimalis dengan satu motor di garasi terparkir rapih. Dia melirik Alvin dan Giska benar-benar keluar dari rumah itu, benar apa kata mamih nya tadi. Seorang gadis memiliki tinggi mungil serta rambut panjang terlihat sangat cantik berbeda sekali dengan Zehra keluar dari rumah Alvin begitu berseri-seri belum lagi senyum tante Saila seakan turut senang akan kehadirannya.

Dia segera menggeleng mengalihkan pandangannya pada rumah itu. Namun, mamih nya Alvin--Saila--sudah terlanjur melihat anak sahabatnya itu diam-diam curi pandang ke arahnya. "Zehra, sini!" Teriak Saila memanggil gadis berambut panjang dengan kaos putih polos. Zehra menghela napas memalingkan wajahnya menatap wanita paru baya itu seraya tersenyum. Saila melambaikan tangan lagi. Zehra bergegas mendekat pada rumah sahabatnya itu sesekali menatap gadis manis yang nampak sangat ramah di samping Alvin.

"Iya, tante?" Tanya Zehra pada Saila yang telah memanggilnya tadi.

"Hai. Giska 'kan? Sorry waktu itu gue gak sempet jenguk lo." Tatapan Zehra beralih pada gadis bertubuh mungil nan imut dengan rambut tergerai rapih masih lengkap dengan seragam sekolahnya. Dia tersenyum menatap Zehra yang di balas hanya senyuman tipis sekejap.

"Makasih kak, kak Alvin bilang bonekanya kak Zehra yang milih? lucu banget beneran." Jawabnya bersemangat.

"Oh, sukur deh kalo lo suka." Kata Zehra lagi hanya menunjukan senyum kecil. Entahlah dia kurang menyukai gadis ini tetapi secara penampilan dia terlihat manis sungguh Zehra iri tidak pernah sedekat itu pada Alvin sampai-sampai mendapat perhatian lebih darinya.

"Kalian udah kenal ternyata?" Ujar mami nya Alvin membuka suara di antara keheningan beberapa saat itu menatap kedua gadis itu sembari tersenyum ramah.

"Kenal kok, dia adik kelas Zehra." Senyum gadis dengan kaos putih polosnya hendak pamit pulang. Dia pikir untuk apa di dekat seseorang yang sedang pacaran, mungkin sudah takdirnya untuk menjomblo dari lahir. Astaga, doa jodoh dirinya sekenceng itu sampai-sampai sekarang saja dia tidak pernah pacar. Lupakan soal Arlon, dia hanya orang iseng yang mengaku-ngaku pacarnya.

"Kenalin juga, gue. Pacarnya Zehra!" Suara berat seorang pria membuat para pasang mata di depan rumah Alvin menoleh pada sang empu. Lelaki itu menunjukan deretan giginya sembari mendorong motor sport  menuju halaman rumah om Irham.

"Tante. Zehra permisi dulu tadi mamih sempet panggil Zehra. Zehra duluan!" Pamit Zehra terburu-buru menyalami Saila tanpa menatap pria yang mengaku pacarnya itu.

"Biasa malu-malu tante, kalo ada pacarnya, takut salting! Lagi ngambek!" Ujar Arlon menatap sang tante sembari membawa kresek putih. Sial, tadi motornya mogok saat memasuki komplek rumah sepupunya ini alhasil dia terpaksa harus mendorong motornya sampai kemari.

ZERLON [END]Where stories live. Discover now