Dare sembilan

388 20 0
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Lonceng sudah berbunyi lima menit yang lalu setelah kelas Zehra membubarkan diri karena pelajaran terakhir tidak ada guru yang masuk. Gadis itu mengendap-endap menutupi wajahnya dengan ransel miliknya, dia lakukan hanya untuk menghindari Arlon. Mungkin orang tidak akan menolak pulang bersama lelaki itu namun Zehra rasa itu hanya akan memperumit masalahnya. Terjerat dengan lelaki berandalan tidak ada di kamus seorang Zehra Feyre.

"Gara-gara Daisy. Hidup Gue gak tenang, Awas saja!" Umpat Zehra mempercepat langkahnya keluar dari gedung sekolahnya. Untung di kantin tadi ada Violet yang merebut ponselnya lebih dulu setidaknya, Arlon tidak bisa menghubunginya.

Zehra semakin tertunduk menutupi wajahnya terlalu banyak siswa dan Siswi di parkiran. Yang benar saja, takut bila sudah ada lelaki itu akan memaksa ikut pulang bersamanya.

"Permisi ..." Ucap Zehra pulang melewati orang-orang yang hendak keluar dari pintu gerbang sekolah. Bahu Zehra tak sengaja menubruk lelaki di hadapannya. Gadis itu menghela napas menatap lelaki yang dirinya tubruk. Zehra berdiri tegak menatap Alvin.

"Zehra!" Gadis yang terpanggil itu menoleh. Seorang lelaki berpenampilan urusan nampak berlari kearahnya. Sial, Zehra malah ketahuan lagi dan lagi. Sampai kapandia harus begini?

"Mati." Umpat Zehra membuang muka.

"Alvin. Maaf, gue duluan!" Lanjutnya berlari menjauh darinya. Tidak lagi melihat lelaki itu dalam hidupnya, Zehra hanya ingin hidup seperti dulu tanpa Arlon ataupun tatapan aneh orang-orang padanya.

"Zehra!" Panggil Arlon lagi berlari ke arah Zehra. Sudah semestinya seluruh siswi kini membicarakan Arlon dan Zehra kembali. Sedangkan Violet yang baru saja keluar dari gedung sekolah menatap kedua orang itu, sedang kejar-kejaran.

"Ngapain Lo?" Alvin merentangkan lengan kanannya menghalangi langkah Arlon. Lelaki itu menatap datar sepupunya begitu dengan Arlon yang melemparkan tatapan sinis.

"Pulang bareng Zehra. Harus izin ke Lo hah? Lo pikir semua di dunia ini suka sama Lo. Ck," decak Arlon mendorong lengan Alvin yang terdiam melihat tingkah Arlon, dia berlari kembali mengejar Zehra. Begitulah mereka tidak terlalu dekat selayaknya saudara semestinya.

Lengan Zehra buru-buru menghentikan angkutan umum yang lewat lalu memasukinya tak peduli dengan angkutan yang sudah penuh. Terpaksa Zehra harus duduk berhimpitan, yang terpenting terhindar dari cowok itu. Dia menghela napas sembari mengelus dada akhirnya bisa terbebas darinya. Tapi tunggu, dia tidak bisa menghindarinya seperti terus sementara jepitan rambutnya saja belum sempat dia ambil darinya. Menyebalkan!

"Bego. bego!" Runtuk Zehra pada dirinya seraya memukul kepalanya. Seketika para penumpang memperhatikan gadis berseragam SMU itu dengan tatapan bingung.

"Kenapa neng?" Seutas senyum Zehra lontarkan. Dia sangat malu.

°°°

Motor sport hitam Arlon membelok memasuki rumah besar nan mewah milik seorang artis lawas yang kini sibuk merintis bisnisnya dan keluarga. Dia melepaskan helmnya tepat di garasi luas rumah besar yang hampir lima hari dia tidak memasukinya. Bahkan sekarang sudah hampir malam, dia masih mengenakan seragam putih abu-abunya. Arlon menenteng helm serta kunci motornya lalu memasuki rumah itu yang nampak sepi dari luar.

ZERLON [END]Where stories live. Discover now