Dare sebelas

288 19 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Tanggapannya dong tentang cerita ini? Maaf lama update

°°°

Zehra membuka pintu kamarnya serba ungunya itu. Sungguh kenikmatan yang hakiki bisa menyantap masakan enak tak terkalahkan dari sang ibunda. Dia mengelus perutnya dengan senyum, matanya melihat meja belajar terdapat tumpukan buku-buku benar, Zehra terlalu malas mengerjakan PR. Gadis itu menarik satu kursi di meja belajarnya membuka bukunya. Tanpa sengaja matanya melirik jepitan rusak oleh seorang pria tak bertanggung jawab yang berhasil membuat hidup Zehra sebagai siswi biasa menjadi penuh teror.


"Sayang banget sih, dasar cowok tau diri!" Umpat Zehra meraih jepitan itu. Tidak mungkin dia memakai jepitan rusak di kepalanya. Sungguh menyayangkan asal jepitan ini. Zehra menghela napas kembali meraih buku catatannya lalu menuliskan sesuatu di atasnya.

Tuk!

Suara ketukan dari kaca mengalihkan perhatikan Zehra, dia dapat mendengar hujan rintik-rintik dari luar. Gadis berambut panjang itu beranjak dari tempatnya menuju jendela besar yang tertutup oleh gorden tepat sekali dia ingin lihat apakah Alvin sudah pulang atau belum dari jendela kamarnya.

Perlahan Zehra membuka gorden berwarna putihnya itu. Jantungnya hampir loncat gara-gara matanya tak sengaja melihat wajah lelaki yang sama sekali dia tidak mau lihat lagi dalam hidupnya cukup membuat hidupnya buyar, dengan senyum lelaki itu menunjukan ponselnya. Zehra buru-buru menutup rapat gordennya. Napasnya naik turun tak karuan, semoga tadi hanya halusinasinya saja. Semoga!

"Lah. Kok di tutup?" Bingung Arlon dari luar sudah susah payah manjat tembok untuk sampai di jendela kamar Zehra. Bagus sekali ini penolakan yang berkala, berhasil memecahkan rekor cewek seorang Altarezza Arlon.

"Bukan Arlon. Cowok itu gak naksir sama Lo, Zehra. Gue juga gak naksir sama dia beneran, suer. Kita gak akan ketemu lagi selamanya..." lafal Zehra berdiri membelakangi jendela kamarnya seraya membuang napas. Dia kembali berteriak, terlalu nyata bila di katakan halu. jangan bilang, apa yang katanya beneran terjadi.

"Zehra. Calon suami masa depan Lo masih di sini anj*r lo gak ngehargain gue woi!" Ketuk Arlon tidak sabaran apalagi untuk sampai kemari telapak tangannya sampai memerah belum lagi sedikit luka yang berhasil menggores lengannya. Zehra menguatkan diri membuka kembali jendela kamarnya, wajahnya menahan kesal.

"Nomor telepon Lo? Lo gak susah 'kan ngetik nomor telepon Lo di HP gue?" ucap Arlon selalu menunjukan sedikit lesung pipinya pada gadis ini. Arlon menyodorkan ponselnya lagi.

"Gue gak mau, gue gak ada urusan lagi sama Lo!" tegas Zehra hendak menutup lagi jendela kamarnya.

"Oke. Lo bisa sebutin nomor telepon Lo. Kalo gue ada duit nanti gue isi pulsa nomor Lo," katanya memaksa sembari bersiap mengetik nomor telepon Zehra di ponselnya. Gadis itu menghela napas.

ZERLON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang