Dare dua puluh satu

181 11 0
                                    

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

Arlon Melajukan motornya dengan kecepatan sedang di temani awan mendung menuju lapangan futsal yang telah dipesankan teman-temannya. Dia terus memikirkan Zehra entahlah ada secuil perasaan senang mengetahui fakta sepupunya sudah memiliki pacar tapi di sisi lain sia-sia dirinya mendekati Zehra jika pada akhirnya mereka tidak ada apa-apa. Tujuan awal memang mempermainkannya tapi, melihat sikap kurang merespon Zehra rencananya seketika berubah. ya, dia mau mendapatkan hatinya kali ini katakanlah Arlon tertarik padanya.

Setelah sampai dia segera memasuki dalam lapangan bola dalam ruangan itu atau di sebut gedung olahraga. Zidan dan Aska ---teman segengnya-- sudah lebih dahulu datang darinya, sekarang saja mereka asik membicarakan sesuatu. Dia menyimpan ransel lalu menggantinya dengan sepatu bola karena sebelumnya Arlon hanya memakai sandal jepit tak lupa pengaman siku dan kaos kaki.

"Siapa aja bro?" Tanya Arlon pada Aska dan Zidan yang kini sedang sibuk menatap ponselnya melihat grup chat menunggu pesan dari rekan-rekannya.

"Woi. Gimana si Ren bisa di hubungi kagak?" Kata salah satu dari mereka. Sekitar tujuh orang datang, tak lain rekan satu tim Arlon. Memang mereka tidak sekali bermain futsal seperti hari ini dan terkadang dia melakukan tanding dengan siapapun baik sekolah lain maupun bapak-bapak pun pernah mereka lakukan. Anggota tim masih satu sekolah dengan mereka baik dari kelas sepuluh ataupun kelas dua belas jadi, terkadang mereka melakukan latihan di sekolah.

"Gak anj*r janjinya kemaren bullsh*t doang!"  Jawab Zidan mengalihkan pandangannya pada ponsel menghampiri anggota lain. Mereka segera bersiap setelah Anggota lawan-- berkaos ungu---menghampiri mereka. Sedangkan Anggota Arlon mengenakan kaos putih dengan tertulis nama mereka di punggung masing-masing.

Arlon merogoh saku celananya melihat ponselnya membuka room chat tanpa nama terlihat foto dan chat tanpa menerima balas dari sang empu. Dia menatap foto gadis yang tengah tertunduk menyendiri di trotoar jalan. Bisa dia simpulkan dia sudah tau hubungan sepupunya itu. Arlon menghela napas, menyimpan ponselnya ke dalam ransel serut tipis berwarna merahnya lalu beralih mengeratkan tali sepatunya dalam posisi duduk.

"Lon. Ngapain lo jadi tanding kagak!" Teriak Aska sudah bersiap di tengah lapangan bersama satu tim-nya yang lain. Arlon mendongak beberapa detik kemudian berlari menuju lapangan. Bunyi priwit mengawali pertandingan acara di luar sekolah itu sekedar mengiyakan ajakan sekolah lain bertanding.

°°°

"Sejak kapan Lo suka korea-korean bos? Minta rekomendasi makanan korea segala?"

"Sekarang lo mau kita ngawal lo sampe rumah ayang lo atau gimana nih? Mau main cewek niat banget lo hujan-hujanan!"

Suara omelan dari kedua temannya tak henti-hentinya berkumandang sampai motornya melaju memasuki komplek perumahan dimana sepupunya juga tinggal. Arlon memiliki niatan untuk mengirimi Zehra makanan yang Zidan maksud tadi tidak perlu sulit-sulit membelinya cukup menyuruh kedua teman ralat, mereka bahkan sudah seperti lalat dan sampah tak terpisahkan. Zidan bersama saling berbocengan sedangkan Arlon seorang diri dengan satu stang motornya di kaiti kresek putih. Selepas futsal bercucuran keringat tadi, mereka pergi ke salah satu restoran Korea sekedar membeli makanan pedas.

ZERLON [END]Where stories live. Discover now