16. heartbeat

53 3 2
                                    


Aku kembali masuk setelah selesai mengangkat telfon yang ternyata dari Taeyeon. Dia menelfon hanya untuk menanyakan hal yang tidak penting, sangat tidak penting.

Bagaimana bisa dia menghancurkan timing yang pas saat aku bersama Jong In tadi hanya untuk bertanya apakah aku sudah memakai parfum pemberiannya atau belum. Iya, sebelum aku berangkat ke Jeju dia memberikan aku sebotol parfum yang katanya sangat mahal dan akan membuat keajaiban untuknya. Aku yang tak mau ambil pusing hanya meng-iyakan omongannya saja.

"Sudah selesai?" Aku sedikit terkejut mendengar suara Jong In yang sepertinya baru selesai mencuci piring.

"Kau yang mencucinya?" Aku menghampirinya dan merasa sedikit bersalah. "Harusnya kau menungguku, aku akan bantu."

"Ini pekerjaan yang mudah." Jong In meletakkan lapnya disamping wastafel. "Kita mandi dulu?"

Apa dia baru saja mengajak aku mandi? Kenapa? Mau apa? Apa yang mau dilakukan setelah mandi?

Jong In terkekeh. "Kita sudah berkeliling seharian. Bukannya harus mandi supaya bisa tidur nyenyak?"

"Oh, ya. Tentu saja. Aku harus mandi." Aku berbalik hendak menuju ke kamar.

"Kamarnya disebelah kanan." Ucap Jong In karena aku malah ke arah kiri.

Bodoh, wajahku pasti sudah semerah tomat sekarang.

"Lucunya." Jika tidak salah dengar, apa itu Jong In yang bergumam?

Aku menutup pintu kamar mandi dan bersandar dibaliknya.

"Oh, aku pasti sudah gila." Aku menepuk wajahku. "Kenapa aku bertindak begini? Seperti orang bodoh saja."

Disini juga! Kenapa tidak berdegup kencang?! Semua ini gara-gara lengan Jong In, pikiranku jadi kemana-mana.

Tak mau ambil pusing, aku segera mandi membersihkan tubuhku. Mandi air hangat memang sangat menyegarkan, tubuhku jadi lebih relaks. Selesai mandi aku mengenakan baju tidur dan tidak lupa memakai face tonic.

"Ah benar." Aku meraih botol bundar yang berisi cairan bening. Ini parfum pemberian Taeyeon kemarin. Dia bilang benda kecil ini sangat mahal, dan sengaja menghadiahkannya untukku.

Aku menyemprotkan nya di lenganku. "Nggak ada aromanya." Aku menyemprotkan lebih banyak lagi, tapi tetap saja tidak ada wangi yang aku cium. Meski begitu aku tetap menyemprotkan nya ke seluruh tubuh ku, mungkin saja bisa tercium wanginya?

"Parfum apaan ini? Kenapa nggak ada aromanya. Mahal apanya coba?"

Aku melemparkan botolnya keatas baju yang masih didalam koper. Sengaja tidak aku rapikan karena aku masih terlalu malas untuk bongkar bongkar baju, mungkin besok malam saja.

Saat aku sedang bermain ponsel didepan meja rias, Jong In yang sepertinya baru selesai mandi dikamar mandi yang ada di luar, masuk dengan handuk ditangannya. Dia mengenakan kaus putih dan celana pendek selutut, style yang biasa dia pakai ketika dirumah.

"Kau baru selesai?" Tanyaku berjalan menuju ranjang.

"Eum. Ini, wangi ini..."

Aku menoleh padanya. "Kau mencium wangi parfumnya?"

"Parfum?" Jong In mendekat padaku.

"Um! Ini aneh, aku tidak bisa mencium wanginya, padahal sudah ku semprot sana sini." Aku mencoba mencium bajuku, tapi masih tidak ada aroma apapun yang aku cium. "Bagaimana kau bisa menciumnya?"

Jong In yang sudah duduk di depanku malah bengong, dan kulihat dia menelan salivanya Seperti tengah menahan sesuatu.

"Jong In."

minus husband _Kim Jong InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang