9. milk gonna wrong

76 8 0
                                    


"Jadi kapan ibu bisa menggendong cucu?"

Aku langsung tersedak mendengar ucapan ibu yang tiba-tiba. Jong In membantuku meredakan tersedakku dengan mengusap punggungku pelan.

"Kau ini selalu membuat masalah." Ucap ayah pada ibu.

"Apanya yang masalah?"

"Kau hampir membuatnya mati tersedak."

Okay, ucapan ayah sedikit sarkas jika dimaksudkan untuk membela ku.

"Toh dia masih hidup tuh." Sungut ibu. "Lagi pula aku hanya memberikan pertanyaan yang sewajarnya, kenapa reaksinya sampai seperti itu. Seperti dua orang yang tidak pernah berhubungan saja."

Kau benar bu, kami tidak pernah berhubungan.

"Tenang bu, kami sedang mengusahakannya." Jong In angkat bicara yang menurutku itu sangat tidak perlu.

"Sudah lima tahun lebih kalian menikah loh, ibu sudah sangat menantikan seorang cucu." Ujar ibu tambah bertingkah.

"Menantu ibu ini sangat sibuk. Jangan salahkan aku saja, yang patut disalahkan itu Jong In." Ucapku membela diri.

"Benar, putriku ini sangat kesepian selama lima tahun terakhir." Ayah membelaku.

"Salahnya tidak mau ikut ke kanada dan memilih untuk melanjutkan kuliahnya."

Okay, sepertinya makan malamnya jadi berantakan. Adu mulut ini akan susah berhenti jika salah satunya belum inisiatif untuk mengalah. Aku menarik kaus Jong In agar ia mau sedikit menunduk untuk membisikkan sesuatu.

"Ini alasanku tidak mau pulang ke rumah ini." Desisku padanya tapi dia malah terkekeh.

"Kalau begitu biar aku yang selesaikan." Ucapnya kemudian.

"Ehem!" Deheman Jong In cukup membuat ayah dan ibu berhenti berdebat. "Kami datang kemari untuk melepas rindu, kenapa ayah dan ibu mertua malah berdebat seperti ini."

"Ayah duluan."

"Enak saja."

"Sudah sudah. Aku dan Rayna akan istirahat lebih dulu keatas. Ayah ibu, mohon pengertiannya. Tolong jangan ganggu kami sampai pagi nanti."

Ucapan yang sungguh ajaib, ibu dan ayah bahkan kini tersenyum satu sama lain. Aku hampir dibuat bingung dengan situasi yang terjadi saat ini.

"Tentu menantu, silahkan istirahat. Kalian pasti lelah karena setelah bekerja langsung kemari." Ibu berujar ramah, wajah judesnya tiga puluh detik yang lalu sudah menguap entah kemana.

Jong In menuntunku untuk berdiri. "Ayo, sayang. Kita istirahat dulu." Tuturnya menggiring tubuhku menuju lantai atas.

"Mantra apa yang kau gunakan? Ayah ibu sampai berhenti berdebat? Luar biasa." Heranku begitu kami masuk kedalam kamar, kamar yang dulunya menjadi kamarku.

"Mantra membuat cucu." Jawab Jong In.

Aku mengangguki ucapannya sebelum menyadari maksud dari ucapannya. "Dasar Jong In!"

Jong In sudah lebih dulu melesat ke kamar mandi dengan gelak tawanya.

.

Aku dan Jong In sudah berbaring disatu ranjang yang sama. Aku sudah siap untuk terlelap tapi ketukan pintu yang tiba-tiba membuatku terkejut.

Jong In sudah lebih dulu beranjak untuk membuka pintu tapi dia urung dan berbalik kembali menghampiriku.

"Kenapa?" Tanyaku bingung.

"Kita harus membuat suasananya menjadi sedikit meyakinian." Ucapnya dan sedetik kemudian mengacak-acak rambutku dan juga piyama yang aku kenakan.

"Ya-!"

minus husband _Kim Jong InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang