7. so, the conclusion?

66 6 0
                                    


"Tunggu dulu Rayna." Jong In menahan tanganku, dan membuatku duduk kembali.

"Apa kau hanya menginginkan tubuhku?" Gumamku.

"Ituㅡapa?!"

Aku menoleh pada Jong In, manatapnya yang tengah terkejut. "Kau hanya menginginkan tubuhku kan? Itu alasanmu kembali kesini."

"Apa maksudmu? Bagaimana bisa kau berfikiran begitu?" Ucapnya menghela.

"Dari awal kau datang memang selalu menempel padaku dan mencuri-curi kesempatan untuk melakukan kontak fisik. Kalau bukan karena itu, lalu apa? Memang kau mencintaiku? Hah?" Tuturku padanya, dia hanya diam tanpa berniat menjawabnya.

"Sekarang aku mau bertanya." Aku menunjuk perjanjian tambahan yang Jong In tulis. "Kau ingin melakukannya hanya karena ingin, tanpa ada perasaan apapun, atau kau ingin melakukannya karena kau mencintaiku? Ah tidak pertanyaannya terlalu berbelit."

Aku menatap Jong In lekat. "Apa kau mencintaiku?"

"...."

Aku menghela nafas lelah karena Jong In tetap diam tidak menjawab pertanyaanku. "Akㅡ"

"Aku tidak tau pastinya." Potong Jong In membuatku kembali menatapnya. "Tapi aku akan meyakinkan mu, kalau aku tidak seperti yang kau pikirkan. Aku juga sungguhan tentang tidak mau bercerai denganmu."

Ucapan Jong In kenapa selalu terdengar meyakinkan ditelingaku. Aku menarik nafas dalam, mencoba meyakinkan diri sendiri.

"Baiklah.. aku akan memberikan mu kesempatan selama tiga bulan. Jika kau bisa meyakinkan diri kalau kau mencintaiku dan meyakinkan ku juga, peraturan tambahan ini bisa kita lakukan." Ucapku membuatnya tersenyum.

"Terimㅡ"

"Tapi ada syaratnya, ucapkan ini saat kau yakin dengan perasaan mu, aku tidak akan menolak." Aku berdiri dan membisikkan satu kalimat padanya.

Jong In terdiam ditempat begitu mendengar bisikanku.

.


Selesai menyelesaikan tentang Jong In, aku lanjut untuk menyelesaikan pekerjaan yang ku bawa pulang.

Kali ini ruangan kerjaku masih rapi, karena pekerjaan sebelumnya baru dibereskan kemarin oleh art yang biasa ibu kirimkan untuk membantu beres-beres rumah.

Aku mengikat rambutku dengan ikatan cepol tinggi sebelum mengambil pola, penggaris, mitlyn dan peralatan potong lainnya.

Kali ini aku akan mengerjakan gaun untuk acara pertunangan temanku, bisa dibilang sahabat dekat karena  kami dekat dari awal sekolah menengah pertama sampai sekarang. Aku betulan senang mendengar kabarnya yang hendak bertunangan, karena setahuku dia tipe anak yang terlalu fokus dengan dirinya sendiri. Jangankan berpacaran, dia bahkan menolak setiap kali ada laki-laki yang mendekatinya dia selalu memberi jarak dengan sangat jelas.

Lucu memang, tapi siapa yang tau kalau ternyata dia bertunangan dengan tetangganya sendiri.

Selesai menggelar kain diatas meja potong, aku mulai menyematkan pola pola yang sudah ku buat dibutik siang tadi. Aku mengambil harta berhargaku dari laci meja, meski sudah empat tahun ku gunakan gunting kain ini masih yang terbaik dan menjadi saksi bisu perjuanganku sampai bisa dititik ini.

Aku mulai memotong bahan satinnya dengan hati-hati. Dilanjutkan dengan memotong bahan aplikasi lainnya, menjahitnya juga sesekali melakukan pressing.

minus husband _Kim Jong InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang