11. scolded

57 6 0
                                    


Aku masih berada di éclat hingga sore hari, sedangkan para karyawan sudah lebih dulu pulang. Bukan sedang menggarap gaun, tapi aku masih sibuk berselancar di Internet untuk mencari referensi tempat yang bagus untuk liburan. Tentu aku sangat excited! Aku sudah lama tidak pergi berlibur untuk memanjakan diri. Jangankan memanjakan diri, mengurus diri saja kalau aku ingat.

Jadi saat kemarin lusa Jong In mengatakan mau mengajakku liburan aku langsung bersorak kegirangan seperti anak kecil yang diperbolehkan makan permen sepuasnya. Ya begitu kira-kira bahagiaku, sederhana bukan?

Justru karena terlalu sederhana jadi sering diabaikan dan memilih yang lebih rumit, bekerja misalnya.

Okay, aku malah berakhir bingung. Ada banyak tempat bagus di negaraku ini, tidak mungkin aku akan mengunjunginya satu-persatu yang ada nanti dua tahunku dihabiskan untuk berlibur.

Aku menghempaskan punggungku kesandaran kursi, mengetukkan telunjukku didagu. Masih menatap layar komputer yang menampilkan berbagai pemandangan pantai yang sangat indah. Aku masih saja bimbang meskipun sudah memilahnya menjadi tiga pilihan.

"Haruskah aku bertanya pada Jong In?"

Aku hampir lupa kalau aku tidak pergi sendirian tapi bersama Jong In. Habisnya aku terbiasa apa-apa sendiri sih, jadi begini deh.

Aku meraih ponselku hendak menghubungi Jong In, tapi panggilan masuk dari sekertaris Yun membuatku mengangkatnya lebih dulu.

"Ya, halo?"

"Oh, sudah didepan?" Aku melirik jam digital yang menunjukkan pukul setengah tujuh. "Aku tidak tau kalau sudah malam."

Aku membereskan tasku dan beranjak pergi, aku terlalu asik sampai lupa waktu. Soal liburan biar kutanyakan langsung saja pada Jong In dirumah nanti.

🌼🌼🌼

Harusnya aku tidak berharap banyak, menanyakan untuk memilih tempat liburan yang bagus pada Jong In? Yah, Bagaimana aku bisa menanyakannya, dia saja belum juga pulang sampai selarut ini. Padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas malam.

Sudahlah, untuk apa aku terlalu bersemangat jika yang diucapkan Jong In hanyalah ucapan angin lalu tanpa adanya kesungguhan. Dia bahkan tidak menanyakannya lagi, terlalu sibuk dengan pekerjaannya yang sangat berharga baginya melebihi dunia ini!

Aku bersiap untuk tidur setelah membalas pesan dari Taeyeon. Perempuan itu sedang sangat kelimpungan karena tiga hari lagi akan bertunangan dengan kekasihnya. Heol! Padahal dia hanya bertunangan, bukan menikah. Kenapa harus se-lebay itu?

Tapi, atau memang sebenarnya begitulah yang dirasakan oleh setiap perempuan yang akan menikah ataupun bertunangan dengan kekasihnya? Dan apa hanya aku yang bersikap biasa-biasa saja saat mengucapkan janji suci didepan altar seolah itu hanya sebuah ucapan biasa tanpa makna?

Entah, mungkin orang-orang akan merasa gerogi dan sangat gugup ketika mereka akan mengikat janji sehidup semati dengan seseorang yang mereka cintai dan tentu saling mencintai. Sedangkan aku?

Ceklek!

Aku sedikit terperanjat kaget saat mendengar suara pintu terbuka. Lampu kamar sudah ku matikan, jadi mungkin Jong In mengira aku sudah tertidur. Tidak ada suara apapun selain langkah kakinya yang mengitari ruangan hingga suara shower yang menyala, ya dia pasti akan mandi terlebih dahulu sepulang kerja. Memang seperti itu rutinitas yang Jong In lakukan saat dulu aku bersamanya selama sebulan.

minus husband _Kim Jong InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang