46

33 10 4
                                    

"kakak ngapain? Mending kakak balik deh aku mau sendiri"

Aluna menghampiri fiki yang kini memunggunginya, Aluna berusaha agar fiki mau menatap matanya tapi nihil fiki malah pergi meninggalkan aluna sendiri dikamarnya, aluna duduk ditepian kasur fiki ia memikirkan apa salahnya sehingga fiki berubah dan menjauhinya.

Aluna kini berjalan menuju kamarnya ia merasa perutnya sedikit perih ia akan meminum obat dan melanjutkan tidurnya berharap ini hanya mimpi dan besok fiki akan kembali seperti semula

Tengah malam seseorang membuka pintu kamar Aluna ia membuka pintu kamar Aluna dengan pelan dan hampir tidak menimbulkan suara sedikitpun, ia menghampiri Aluna yang terlelap tapi ia melihat Aluna sedikit gelisah dalam tidurnya, ia memegang kening Aluna dan benar saja dugaannya Aluna demam karna suhu yang dirasanya sedikit panas, dengan cekatan ia mengambil air kompresan dari dapur dan segera mengompres Aluna dengan hati hati agar Aluna tidak bangun

"dekkkkkk"gumaman Aluna terdengar lirih ditelinganya

"maafin kakak dek" sekali lagi Aluna mengigau

Orang itu terus mengompres Aluna hingga tak terasa ia tertidur dengan posisi duduk disebelah ranjang Aluna, tangan mereka saling bertaut seakan menyalurkan energi dan rasa sakit masing masing. Sebelum mentari terbit orang itu beranjak pergi meninggalkan kamar Aluna dengan kompresan yang masih menempel pada kepalanya sebelum pergi ia sempat mengecup singkat kening Aluna dan pergi meninggalkan kamar itu.

Aluna terbangun dan mendapati ada benda yang menempel dikepalanya, ia meraba dan mengambil benda itu, ia menemukan sebuah kain yang sedikit basah dan sisa air dalam baskom dimeja samping tempat tidurnya, ia heran apakah semalam ada orang yang masuk kedalam kamar dan mengompresnya? Seingatnya ia hanya merasakan sedikit perih pada perutnya dan tak merasa demam sedikitpun.

Aluna melirik jam yang berada di atas mejanya masih jam setengah enam ia akan berinisiatif untuk membuatkan adiknya sarapan, ia akan membuatkan nasi goreng kesukaan adiknya

Aluna sudah berada didapur,  dengan keahlian memasak yang ia miliki tak butuh waktu lama masakan itu sudah tersaji dipiring, ia akan membangunkan adiknya dan mengajaknya sarapan bersama ketika hendak mengetuk pintu kamar fiki, sang empu sudah membuka pintu ya terlebih dahulu

"eh dek udah bangun ya, ayo kita sarapan dulu"ucap Aluna dengan senyum kikuk

Fiki tidak membalas perkataan Aluna ia berlalu turun meninggalkan Aluna,  Aluna pergi ke meja makan dan duduk disebelah mamah yang sudah turun terlebih dahulu dan juga sandi yang antena duduk diatas kursinya.

Aluna menyusul dengan duduk disamping shandy ia ingin menyendokkan nasi goreng kedalam piring fiki tapi fiki sudah menarik piringnya menolak makanan dari aluna

"mah fiki mau roti selain strawberry buatan mamah aja"ucap fiki

"oh oke sayang bentar ya mamah buatin"

Aluna yang melihat itu kembali merasa bersedih,  mengapa dan mengapa fiki berubah masih menjadi pertanyaan yang sampai saat ini belum ia temukan jawabannya

Shandy menyodorkan piringnya kepada Aluna,  ia meminta Aluna untuk menyendokkan nasi goreng buatan Aluna yang sedari tadi shandy pandang dan sudah tak sabar ingin memakannya

"makasih dek,  pasti enak banget deh masakan kamu"ucap shandy dengan senyumnya melihat nasi goreng yang asapnya masih mengepul

"sama sama kak,  makan yang banyak ya" ucap aluna

"kamu juga ya dek,  makan yang banyak rotinya,  kakak ngerti kok mungkin kamu bosen ama masakan kakak"sambungnya

Mereka semua makan dengan suasana hening dan tak ada pembicaraan sedikitpun, setelah selesai makan semua orang yang berada dirumah itu kembali kepada rutinitas masing masing,  fiki yang pergi ke sekolah,  mamah dan shandy bekerja hanya Aluna yang sekarang sedang berada dibalkon dan ditemani buku catatan kecil didepannya, ia belum bisa pergi ke sekolah karna ia masih pemulihan luka ditangannya

Ia mulai menulis kata perkara dibuku catatannya itu kata perkata dirangkai hingga menjadi baris baris kalimat ungkapan hati yang tak pernah bisa ia ungkapkan, ia bisa saja mengungkapkan itu kepada orang yang ia percaya tapi ini sebuah luka yang bahkan orang yang paling ia sayangi yang membuatnya.

Aktivitasnya terhenti ketika handphone yang berada disampingnya berdering menandakan panggilan masuk,  ia melihat siapa yang menelepon nya nomor tak dikenal pada jam begini,  tak mungkin jika itu fiki,  fenly ataupun alea karna jam ini merupakan jam masuk sekolah,  ia mengangkat panggilan itu

"halo siapa ya? "ucap aluna

" gimana kejutan dari gue,  lo pasti suka kan,  tapi sayangnya anak buah gue salah sasaran,  emang bodo mereka"

"lo devin kan,  gue bakal laporin lo ke polisi"

"laporin aja kalo lo ada bukti,  ini balasan buat cewe sombong kaya lo dan ini belum selesai sayang,  masih ada kejutan yang lebih wow setelah ini"

Panggilan itu diakhiri sekitar oleh orang disebelah sana,  Aluna semakin merasa khawatir,  kenapa orang itu mengincar fiki,  harusnya ia mengincar Aluna karna ia yang menakjubkan devin dan fiki tak ada sangkut Pautnya dengan masalah mereka

Aluna mengambil kunci motornya sekitar satu jam lagi fiki akan pulang,  ia akan menjemput fiki,  jika pun fiki tidak mau maka ia akan membentuk fiki dan memastikan fiki akan selamat sampai rumahnya

Aluna menunggu ditempat biasa ia tak mau ambil resiko jadi ia memutuskan untuk membuntuti fiki saja secara diam diam,  ia mengikuti fiki ternyata fiki bersama aji dan zweitson mengunjungi sebuah Cafe dan memesan sebuah minuman,  mereka terlihat serius mengerjakan sesuatu seperti sedang mengerjakan tugas,  Aluna curiga dengan minuman fiki yang memiliki warna sedikit berbeda padahal ia mendengar jelas tadi mereka memesan minuman yang sama, Aluna berlari dan merebut minuman fiki

"eh apaan sih kak maen rebut rebut aja ucap fiki ketus

"biar kakak yang minum dek,  kakak curiga ini minumannya beda"ucap Aluna dan tanpa basa basi Aluna meminum minuman itu

Dan brukkkk

"kakakkkkk......  Kakak kenapa? "

Hai terimakasih buat yang udah mampir dan memberikan votenya
Jangan lupa komen ya
Maaf kalo up nya lama
Mohon maaf lahir batin yaaaa semua
Semoga bahagia dan sehat selalu

PELINDUNGMU RAPUHWhere stories live. Discover now