34

646 63 14
                                    

Setelah pertemuan tadi dengan dr. Lucas mereka bertiga terdiam di dalam mobil, matahari sudah berganti bulan namun mereka tidak bergerak sedikitpun dari tempat nya mereka duduk. Masih mencerna dengan kata-kata dr. Lucas tadi di kantin membuat mereka bertekad untuk tidak percaya pada dokter tampan itu.

Flasback on

"Dokter yang tadi ikut menangani Gio kan?"

"Iya, saya tadi membantu dokter Fauzan. Dan saya baru pertama kali nya bertemu dengan Gio walau dalam keadaan tidak sadar." Ucap Lucas tersenyum.

"Jangan senyum dok, kita lagi sedih!!" Ujar Jeno menunduk. Senyum lucas luntur seketika padahal niat nya ia ingin menghibur mereka bertiga ternyata ia salah besar.

"Lalu Gio gimana, bakal cepet sembuh kan dok?"

"Saya tidak bisa menentukan kesembuhan pasien saya hanya bisa berusaha membantu menyembuhkan penyakit Gio dan itu pun saya tidak bisa menjamin. Karena jaminan paling ampuh hanya milik tuhan yang maha esa. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa untuk kebaikan pasien dan saya minta kepada kalian tolong perhatikan pola makan dan kesehatan pasien jangan sampai ia mengalami stress yang mengakibatkan daya tahan tubuhnya menurun sebab saat ini kondisi nya sangat rentan." Jelas Lucas panjang lebar.

"Dan jika di biarkan pasien tidak akan bertahan lama!"

Flasback off

Vale menstater mobil nya tak ada percakapan selama di perjalanan semuanya saling membisu. Devan menatap jalanan yang ramai walau waktu sudah gelap sedang kan Jeno melamun dengan tatapan kosong tapi Vale ia tetap tenang seolah sebelumnya tak terjadi apa-apa walau pada kenyataan nya hati nya terasa sakit seperti ada pisau yang menusuk tusuk ke dadanya.

Dan ya kenapa mereka sudah pulang padahal belum menjenguk Gio? Karena Gio sampai saat ini belum sadarkan diri dan Fani menyuruh mereka bertiga untuk pulang beristirahat dan akan memberi kabar jika Gio sudah siuman.

Vale berhenti di depan rumah nya dan turun dari kemudi mobil, di ikuti juga oleh Devan dan Jeno mereka rencana nya akan menginap di rumah Vale biar sekalian katanya Jeno.

Saat hendak membuka pintu terdengar suara gaduh dari dalam rumah dan terdengar pula suara pecahan kaca yang seperti nya sengaja di lemparkan.

"Le, ortu lo--" kata Jeno terputus saat melihat Vale kembali masuk ke mobil dan duduk di jok belakang.

"Udah ga usah di bahas. Mending lo nyetir aja!!" Ujar Devan sambil ikut masuk ke jok samping kemudi. Devan jika sedang malas berkendara ia akan menyuruh siapapun yang ikut nebeng ke mobilnya katanya nebeng ke dia gak gratis.

"Titisan si Gio tuh bocah kebanyakan berantem jadi malah kayak sebelas duabelas!" Gerutu Jeno sebelum melangkah menatap pintu yang belum sempat di buka oleh si anak pemilik rumah.

Mobil pun melaju ke arah rumah Devan tempat paling aman dari suara kegaduhan sebab si mungil Devan tinggal sendirian.

Setelah lima belas menit kemudian mereka sampai ke rumah Devan sebab rumah nya dan Vale masih di satu komplek namun berbeda blok. Mereka turun dari mobil dan langsung berjalan mengikuti sang tuan rumah yang sedang membuka pintu. Saat masuk yang pertama kali Jeno dan Vale lihat adalah banyak nya foto mereka yang terpajang di setiap sudut dinding.

"Gila, makin banyak aja foto kita Van." Ujar Vale sambil menatap setiap foto yang terpajang.

"Karena kalo gue lagi sedih yang bisa gue liat cuman foto foto ini. Foto nyokap ataupun bokap gue gue simpen di kamar!" Ujar Devan santai sambil membawa nampan yang diatasnya sudah ada teko jus jeruk dan beberapa camilan lainnya.

"Gue boleh dong nginep disini." Kata Vale sambil merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang empuk.

"Mau pindah juga silahkan biar ini rumah gak kayak rumah kosong!!" Devan berkata dan ikut duduk di sebelah Jeno yang sudah memakan camilan yang Devan sediakan.

Sergio | HaechanWhere stories live. Discover now