04

769 84 4
                                    

Disebuah Kamar rawat inap, terbaring seorang lelaki dengan bibir pucat pasi menatap kosong jendela yang memperlihatkan langit senja yang indah. ia tersenyum kecil saat pikiran itu terlintas di benaknya.

Gio sudah 2 hari dirumah sakit setelah kesadarannya. Ia merasa bosan hanya tiduran diranjang apalagi ia ditinggal sendiri. Orang tuanya harus kerja, abang nya harus kuliah dan teman-temannya harus sekolah. Apalagi dengan kakinya yang terkilir membuatnya sakit saat berjalan walau sakitnya tak seberapa.

sadar akan sesuatu, Ia merenung merasa aneh sebab selama ia berada di rumah sakit ia tak bermimpi itu. Gio berharap semoga mimpi buruk itu pergi dari hidupnya.

Pukul 17.15 Gio memilih untuk memejamkan matanya mengusir rasa bosan. Namun baru beberapa saat ketukan pintu terdengar membuatnya membuka mata dan menatap pintu dan muncullah tubuh Devan lalu diikuti  teman-temannya yang lain.

"Hei sob, gimana lu kabarnya udah mendingan?" Tanya Devan lalu duduk di samping ranjang tempat Gio terbaring.

"Gue udah sembuh pengen pulang anjir" rengek Gio membuat yang lainnya tertawa melihat tingkah Gio seperti anak kecil.

"Bentar lagi lo boleh pulang kok kata dokter makanya kita kesini buat bantu lo!"  ujar Vale

"Ngapain bantuin gue"

"Ya gendong lo lah ke parkiran!" sewot Devan

"Lu kira gue lumpuh apa, tinggal pake tongkat di papah juga bisa lagian kaki gue cuman terkilir!" jawab Gio tak kalah sengit.

"Ye malah nyolot biasa aja dong"

"Udah mending beresin barang-barangnya si Gio" Vale berinisiatif merapihkan barangnya Gio dan memasukkannya ke tas.

"Oh iya katanya ortu lo gak bisa jemput lo mereka ada kerjaan ke luar kota, dan abang lo lagi beresin kamar lo biar tar pulang langsung istirahat" jelas Jeno

Gio mengangguk tak sia-sia ia memiliki teman seperti mereka walau kadang ngeselin mereka bisa jadi care seperti saat ini.

"Thanks ya mau bantu gue"

"Tenang Gi kita akan selalu bantu lo maupun yang lain kalo lagi kesusahan, kita temenan udah lama dan tau karakter dari masing-masing jadi kalo butuh bantuan bilang ke kita." Ujar Devan 

"Iya, gue tau tapi Jen gue mau lo selalu terbuka sama kita!" Gio menatap Jeno yang membuang muka. Dengan penuturan Gio barusan membuat teman-temannya kebingungan lalu menatap Jeno bersamaan.

"Jen lo kenapa?" Tanya Vale

"Iya lo kenapa lagi ada masalah?" Timpal Devan sementara Devan hanya memperhatikan Jeno yang menggaruk tenguknya.

"Gue gapapa, cuman masalah keluarga nanti gue cerita untuk sekarang gue gak bisa!" Ujar jeno

"Oke tapi kalo ada apa-apa hubungin gue atau yang lainnya" Gio berucap membuat Jeno mengangguk patuh.

○○○○

"Udah nyampe? Baru aja gue mau telpon ternyata udah depan pintu" Anta mempersilahkan teman-teman Gio masuk.

"Iya bang tadi Gio udah ngerengek pengen pulang udah kaya bocah aja" ucap Jeno melirik Gio yang memejamkan matanya.

"Yaudah sana keatas istrirahat" Anta menggelengkan kepala, selalu saja jika Gio sedang sakit pasti kumat manja dan kaya bocah.

"Gendong" ujarnya sambil merentangkan tangan.

"Yok gue anterin ke kamar lo" ucap Jeno lalu menggendong Gio menaiki tangga.

"Punya temen baek banget sih jadi sayang gue sama lo" Gio melingkarkan tangannya di leher Jeno dan menyandarkan kepalanya ke punggung Jeno.

"Geli gue dengernya, segala nyender lagi, lah kalo yang nyender cewe masih mending ini elo" protes Jeno namun tetap membiarkan Gio bersandar pada pundaknya.

Sergio | HaechanWhere stories live. Discover now