32

590 69 16
                                    

"Gue suka sama lo"

Ucapan Gio barusan membuat jantung Shakil berdegup kencang. Apa ia salah dengar? atau ia sedang berhalusinasi? Tapi itu terdengar sangat nyata baginya.

"Apa?!" Responnya bingung dan terkejut secara bersamaan.

"Gue suka sama lo, itu kan yang selalu ingin lo dengar dari gue?" Shakil terdiam mendengar jawaban Gio. Ia mengiyakan pertanyaan yang Gio lontarkan walau hanya sampai di dalam hatinya saja. Shakil bingung ingin menjawab apa namun saat akan menjawab ucapan Gio selanjutnya dapat membungkam mulutnya.

"Gue hanya ingin memberi tahu lo bahwa mencintai gue lo akan rugi banyak. Selain lo gak akan dapet balasan atas perasaan lo, lo akan sakit hati ... lo yang akan menderita sendiri dan gue.. Gue sebagai cowok baik-baik gak mau bikin orang sakit hati dengan menaruh perasaan sama gue karena lo akan kecewa dengan mencintai gue." Ujar Gio sambil melihat ke arah Shakil yang ia yakini bahwa gadis itu sedang mencerna setiap perkataan nya.

"... lo gak tau ada apa di depan sana, coba lo buka mata buka hati gue yakin di luar sana ada perasaan yang ia pendam buat lo. Ada orang yang mencintai lo diam-diam sama hal nya seperti lo mencintai gue dulu sebelum gue tau. Tapi satu pesan gue, jangan benci orang yang menyukai atau mencintai lo seperti gue ke elo karena gue begitu ada alasannya...,"

" Tapi lo jangan lakukan apa yang gue lakukan ini apapun alasannya. Kita kan gak tau takdir di depan seperti apa jadi ikuti aja dulu arusnya akan mengalir kemana." Gio menatap Shakil lekat sedikit berat mengatakan hal-hal yang dapat membuatnya pun merasakan hal yang tak dapat ia utarakan tapi ini harus ia lakukan untuk kebaikan bersama.

"Hm.. Gue baru ngerasain sedalam ini mencintai seseorang dan sesakit ini menerima penolakan secara bersamaan haha..." ucap Shakil tertawa sumbang.

"Gue.. Gue gapapa kok Gi. Tapi gue gak pernah menyesal menyukai dan mencintai lo sedalam ini." Ucap Shakil berkaca-kaca nggan menatap Gio yang sedang menatap nya intens. Shakil malu menangis di hadapan Gio jadi ia menatap kearah manapun asal bukan Gio.

"Lo ada pertanyaan gak sih kayak 'Gio kenapa tiba-tiba begini?' Atau apalah gitu yang membuat lo ngerasa bingung dan aneh."

"Hmm dari tadi gue juga mikir gitu lo tiba-tiba aneh banget yang biasanya kalo liat gue mood lo langsung rusak, atau marah-marah tapi tadi lo malah manggil dan nyuruh gue duduk dan--"

"Gue gak nyuruh lo duduk gue hanya menawarkan dan lo nyamperin gue yaudah" potong Gio mengedikkan bahu.

"Ihh, ternyata gue baru nyadar kalo lo itu--"

"Ganteng!" lagi-lagi ucapan Shakil di potong dan di jawab dengan kepedean Gio yang tak pernah hilang.

"Nyebelin yang ada!" Ujar Shakil memutar bola matanya.

Gio tersenyum kecil ia menyadari bahwa tingkah nya itu sangat menyebalkan di hadapan banyak orang tapi ia tak peduli. Asal orang lain tak mengetahui seberapa rapuh dirinya, seberapa menyedihkan dirinya yang ada di pikirannya hanya satu orang lain bisa tersenyum dengan tingkah konyol nya itu sudah membuat hatinya menghangat melihat orang sekitar nya tersenyum bahkan tertawa karena dirinya. Walau saat ia sendiri rasa sepi, sakit dan pikiran yang bercabang membuat otak dan hatinya saling bersahutan.

"Terserah, tapi yang pasti gue udah gak benci sama lo. Gue cuman minta coba lo hapus perasaan  lo sedikit demi sedikit terhadap gue,  gue yakin lo akan menemukan sosok yang lebih baik dari gue untuk dapetin cinta lo yang tulus."

"Gue ada satu pertanyaan Gi, dan gue harap lo jawab dengan jujur setelah denger jawaban lo akan gue pertimbangkan semuanya." Gio mengangguk atas pertanyaan Shakil.

"Apa ..., apa lo pernah ada perasaan sama gue?" Tanya Shakil harap-harap cemas.

"Ngga!" Jawab Gio langsung membuat Shakil menghembuskan nafas kecewa. Ia lalu memaksakan diri untuk tersenyum. "Oke gue juga tau jawaban nya akan seperti itu tapi gue cuman mau mastiin dan ternyata sesuai sama apa yang gue pikirin. Tapi yang pasti gue berterima kasih sama lo berkat lo gue jadi lebih berhati-hati untuk menaruh perasaan terhadap seseorang. Kalo gitu gue Ke kelas dulu ya?! Lo jangan kelamaan disini." Ujar Shakil pergi dari sana walau belum sempat mendengar jawaban Gio.

Sergio | HaechanWhere stories live. Discover now