17

717 79 18
                                    

Kesepian, itu yang dirasakan oleh Gio setiap pulang dari sekolah pasalnya orang tuanya sibuk dengan bisnisnya masing-masing dan Anta juga jarang dirumah. Abangnya itu lebih sering di luar rumah bersama teman-temannya.

Gio menghela nafas berat, banyak diantara teman-temannya yang ingin mempunyai keluarga yang hidup, seru dan harmonis seperti keluarga Gio. Namun siapa sangka bahwa itu terjadi secara kebetulan saja, keluarga nya memang harmonis jika berkumpul tapi untuk menciptakan keharmonisan itu bukan hal mudah karena orang tuanya sangat sibuk kadang bulak balik keluar kota membuat Gio kesepian.

Terkadang jika Gio ingin mencurahkan isi hatinya ia bingung harus pada siapa karena pernah satu waktu dirinya ingin mengeluh pada sang papa namun sibuk dengan laptop nya dan sang mama yang sibuk dengan ponselnya sebab banyaknya pesanan yang mamanya terima. Sementara abangnya kadang tak pernah serius mendengarkan curhatan nya membuat Gio malas jika bercerita.

Ia hanya ingin di dengar itu saja tak ada keinginan yang lain, namun seperti nya tak bisa semua sudah seperti ketentuan yang seharusnya terjadi. Gio belajar dari keluarganya bahwa yang harmonis belum tentu selalu ada kebahagiaan di dalamnya. Semua sama saja kita hanya perlu menyikapinya dengan bijak dan sabar.

Gio membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya namun baru beberapa saat suara dering ponselnya berbunyi menandakan ada yang menelepon nya. Gio mengangkat telpon dari seseorang yang tak diketahui nomornya .

"Halo, ini siapa?" Gio memulai percakapan dan di balas oleh suara seseorang.

"Gio, ini saya dokter Fauzan saya ingin kamu da--" tut-tut-tut, belum sempat dokter Fauzan menyelesaikan perkataan nya Gio lebih dulu mematikan sambungannya.

Drrttt.... Drrttt....

Panggilan kedua hingga ke lima tak di hiraukan oleh Gio, ia lebih memilih memejamkan matanya hingga tanpa sadar Gio terlelap menuju mimpi.

Pukul 20.00 wib Anta pulang dan menaiki tangga untuk menuju kamarnya ia masuk lalu membersihkan badannya setelah itu Anta membaringkan tubuhnya menatap langit-langit kamar nya.

"Kenapa dokter itu terus nyebut nama Gio?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Mungkin bukan Gio adek gue kali, masa iya si Gio kan gak pernah sakit!" Jawabnya sendiri, namun Anta masih gelisah dengan perkataan dokter tadi.

Flasback

Anta berjalan di lorong rumah sakit bersama temannya, mereka berniat menjenguk teman sekelas nya yang kecelakaan. Namun saat di perjalanan menuju kamar temannya di rawat Anta meminta izin untuk ke kamar mandi dan menyuruh temannya duluan.

Saat melewati ruangan yang bertuliskan dr. Fauzan tak sengaja ia berpapasan dengan orang yang namanya bertengger di pintu, Anta menatap name tag dan melihat wajah dokter itu yang sedang menelepon seseorang.

"Gio, ini saya dokter Fauzan saya ingin kamu da--" tut tut tut

Dokter Fauzan melihat ponselnya yang ternyata sudah tak tersambung dengan Gio namun ia terus berusaha meneleponnya tapi nihil Gio tak mengangkat panggilannya.

"Gio, saya hanya ingin menolong kamu walaupun penyakit yang kamu derita belum ada obat yang pasti setidak nya kamu lakukan kemoterapi atau apapun itu untuk mengurangi rasa sakitnya!" Monolog Dr. Fauzan sambil menatap deretan nomor milik Gio ia sudah menganggap Gio seperti adiknya sendiri.

Sementara Anta yang tadi nya ingin melanjutkan langkah nya terhenti saat mendengar nama Gio di sebut dan ia mendengar monolog dr. Fauzan, ia bukan menguping hanya saja kedengaran karna disitu tidak ada orang lain selain mereka berdua yang terpaut beberapa langkah saja.

Sergio | HaechanWhere stories live. Discover now