11

741 79 5
                                    

Matahari masuk ke dalam celah jendela sebuah kamar membuat seorang lelaki mengerjapkan matanya. Karena terusik dengan itu ia lantas bangun mengucek matanya melihat jam yang tertempel di dinding kamarnya.

"Gilaaa, udah jam tujuh pagi gue bisa kesiangan ini!" Monolog nya langsung lari ke kamar mandi membersihkan diri dengan kecepatan penuh. Setelah dirasa selesai ia lantas pergi ke ruang makan dimana keluarga nya berkumpul.

"Good morning semuaaaa!" Teriak Gio saat sudah dekat meja makan.

"Berisik lo, pagi-pagi udah ngerusuh aja!" Kesal Anta sambil menatap Gio yang senyum mengejek.

"Wlee, terserah gue lah. Rumah-rumah gue!" Gio memeletkan lidahnya

"Dih, uang jajan masih minta ke ortu ngaku-ngaku ini rumah lo!" Anta menatap Gio tak suka lalu memakan makanan nya dengan tak selera.

"Bodo!" Ucap Gio tepat di depan wajah Anta, semakin membuat Anta geram. Kalo bukan adek udah gue kubur idup-idup- batinnya.

"Kalian kebiasaan deh berantem mulu, gak malu apa udah gede juga!" Omel Fani pada kedua anak.

Setelah sarapan Gio berangkat ke sekolah sedangkan Anta sedang libur kuliah jadi dia hanya rebahan di rumah. Seperti biasa Gio menaiki motor sport kesayangannya melenggegang menembus macetnya kota jakarta.

Saat di perjalanan Gio melihat Jeno berjalan kaki, asalnya Gio akan menghampiri Jeno untuk berangkat bersama. Namun saat dari kejauhan Gio melihat Jeno senyam senyum sendiri membuat Gio bingung. Tapi saat melihat orang yang tak jauh didepan Jeno, Gio mengerti.

"Dasar pengecut, kalo suka tinggal bilang apa susahnya sih!" Gerutu Gio melihat tingkah sahabatnya itu. Lalu berlalu meninggalkan Jeno.

Gio sampai di sekolah, ia memarkirkan motor nya dan berjalan menuju kelas nya.

"Good morning semua, orang tampan udah datang gak ada yang mau minta foto nih?" Heboh Gio dengan berdiri di depan kelas.

"Berisik mulu dah kerjaan lo, gak bisa diem amat dah!" Gerutu Devan

"Serah gue lah!" Ucap Gio sambil melenggang ke tempat duduk nya lalu memainkan ponsel nya. Hingga tiba lah pak Firman atau biasa Gio sebut pak kumis sebab beliau memiliki kumis yang sangat lebat jadi semua murid memanggil pak Firman dengan sebutan pak kumis. Memang dasar si Gio namain orang seenak jidat dan anehnya semua murid selalu memanggil para guru yang di cetus kan oleh seorang Sergio.

"Baik anak-anak ada yang mau di tanyakan sebelum pelajaran diakhiri?" Tanya pak Firman

"Tidak pak!" Seru murid dua belas IPS satu.

"Kalau begitu bapak akhiri pelajaran kali ini, selamat istirahat dan jangan lupa masuk tepat waktu!" Katanya lalu meninggalkan kelas yang mulai ricuh.

"Gi.." panggil Devan namun tak di gubris sama sekali

"Gio!" Panggil nya lagi sambil sedikit mengguncang bahu Gio.

"Apaan sih, lo ?" Tanya Gio

"Lo kenapa dah diem mulu? Dari pas masuk tadi sampe istirahat. Bukan lo banget perasaaan?" Tanya Jeno yang sedari tadi diam saja melihat tingkah kedua temannya.

"Tadi lu kata gue berisik, terus gue diem juga ngomong lo. Mau nya apa sih?" Kesal Gio lalu pergi begitu saja keluar kelas.

"Lah, tu anak kenapa jadi sensi gitu?" Tanya Vale yang juga bingung dengan tingkah Gio.

"Udah lah biarin aja!"

Gio berjalan menuju kantin, suasana kantin yang ricuh oleh anak-anak yang kelaparan dan penat dengan pelajaran yang mereka dapat. Gio duduk di kursi pojok memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di depannya.

Sergio | HaechanWhere stories live. Discover now