BAB 12 - Aku Takut

Start from the beginning
                                    

"Apa sih? Itukan cuma opini doang. Apa salah aku begitu?"

"Ya nggak sih, tapi kayak..."

"Udah Sya, aku mau ke toilet dulu nih. Udah kebelet. Dah!"

Romeo meninggalkan Tasya sendiri. Berdiri di pertengahan jalan menuju kelas mereka. Romeo menghindar bukan berarti ia tak suka. Tetapi ia menghindari pertanyaan lebih dalam tentang Laskar padanya. Mungkin dengan begitu Tasya bisa melupakan masalah ini pelan-pelan. Agar ia tak terus mengekang Romeo seolah dirinya benar-benar ingin mengupas identitas keduanya.

Di toilet pria, sendiri tanpa siapapun. Berdiri di sebuah kaca besar toilet. Melepaskan kacamatanya dan mengambil sekumpulan air yang baru keluar dari keran wastafel. Tanpa basa-basi dan segera menyegarkan seluruh aura wajahnya. Tak lupa rambut yang ia basahi agar terlihat rapi. Poni tengah yang tak pernah ketinggalan untuk menggambarkan dirinya sebagai Romeo.

Kacamata yang terlepas, kini ia ambil kembali. Merapikan semua seperti sedia kala dengan baju yang sudah sedikit kusam. Ia menghela nafas berat. Seperti sedang melegakan sesuatu yang telah terjadi. Romeo seperti sudah tak kuat lagi menghadapi ini sendirian. Tapi inilah jalan satu-satunya agar ia tetap aman berada di sekolah ini.

Sesaat ia membalikkan badan. Pintu toilet terbuka kasar. Mendatangkan empat orang yang belum tau siapa mereka. Romeo dengan gaya cupunya langsung kaget dan mundur. Menundukkan wajahnya dan membenarkan kacamata seperti biasa. Seperti orang yang tengah ketakutan pada sesuatu.

"Tutup!" Seru salah seorang menyuruh temannya dengan nada semaunya.

Romeo masih berpaling dari wajah mereka. Menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Sebenarnya Romeo ingin segera keluar. Namun keempat sosok ini seolah menghalanginya keluar degan sengaja. Menutup pintu toilet dan menguncinya secara nyata. Hingga tak ada jalan keluar lagi selain mengumpat di salah satu ruang toilet di dalam sana.

"Romeo, Romeo, udah taukan siapa kita?" Ucapnya sambil menengadahkan wajah Romeo yang berpaling menatapnya.

Mereka adalah circle utama kelas. Ada Halda si ketua circle, Jerome si wakil ketua, Nasya si pengikut 1 dan Neo si pengikut 2. Mereka menyebut gengnya adalah Geng Paras Tenar. Terkenal famous di kalangan sekolah. Dan kerjaannya mem-bully rakyat jelata. Rakyat jelata contohnya seperti Romeo. Cupu sekaligus mudah dikerjain. Apalagi disuruh-suruh sama mereka. Sekalinya nggak mau, mereka bakal turun tangan. Kejam sih, tapi sekolah belum benar-benar membuat mereka menyesal.

Romeo mengangguk, menatap mata Halda si ketua geng dengan gugup. Tubuhnya dipenuhi rasa merinding hingga keringat dingin. Bayangkan saja toilet tanpa orang satupun. Datang-datang diisi sama si tukang bullying. Ngeri banget, gimana ada jalan keluar kalau begini caranya.

"Lo sendirian, dan yah kita mau seneng-seneng disini gimana?"

"M...maksudnya a...apa?" Respon Romeo gugup.

Wakil ketua serta pengikutnya hanya mendekap kedua tangannya seraya tersenyum licik di depan Romeo. Seolah ada tanda-tanda mengerikan dibalik wajah mereka.

"Sikat!"

Jerome yang tak ingin berlama-lama menunggu. Ia langsung memantapkan diri dan memulai strategi yang telah mereka persiapkan sebelumnya. Gaya mereka seolah preman jalanan. Dengan seragam yang sudah berbaur dengan banyak debu dan berantakan. Namun wajah-wajah yang masih terlihat elegan di depan mata.

"Eh, eh, apa ini?"

Kedua tangan Romeo diikat dengan tali rafia oleh Jerome. Yang sedari tadi sepertinya sudah dendam berat pada Romeo. Halda melepaskan jari tangannya pada dagu Romeo yang sedari tadi ia angkat. Nasya dan Neo menahan Romeo di samping kanan serta kiri. Memastikan tak ada gerakan yang dapat melepaskan tali pengikat itu perlahan.

Romeo and His CrushWhere stories live. Discover now