P.E.T || 20

33.7K 2.9K 9
                                    

~Happy Reading~

.

.

.

Semenjak kejadian di Caffe, hubungan mereka sedikit menjadi dekat mungkin? Ah hanya saja Sagara terlalu canggung untuk berinteraksi dengan Arve.

Di tambah Arve yang selalu tidak peduli, dan hanya akan menunggu Sagara yang lebih dulu untuk mendekati nya.

Aih... Bagaimana hubungan mereka akan dekat jika tidak ada yang memulainya lebih dulu?

Keesokan harinya, pagi sudah menjelang dan matahari sudah terbit. Cuaca cukup bagus hari ini, tidak panas dan berangin atau lebih tepatnya pagi yang sejuk ya.

Arve menopang dagunya, "kamu ingin pergi kemana? Sangat rapih, biasanya juga tidak."

Sagara yang tadi sedang merapikan kerah bajunya melirik Arve sebentar, "memang nya untuk apa gue pagi-pagi gini udh rapih selain buat sekolah? Emangnya lo ga sekolah?"

"Hm? Aku? Yah tidak... Mungkin karena ada kecelakaan kemarin?" jawab Arve.

Cowok itu berdecih "tidak ada sangkut pautnya sama sekali."

Arvelyn hanya tersenyum mendengar balasan dari Sagara, itu sebenarnya hanya alasannya saja sebenarnya ia tidak pergi bersekolah karena masih malas saja.

"Di mana tempat kau bersekolah?"

Sagara diam sejenak. "Irvanest, Irvanest High School "

🍁🍁🍁

Arvelyn menatap langit langit kamarnya, mendengar nama sekolah yang Sagara ucapkan membuat nya mengingat sesuatu.

Irvanest High School kalau tidak salah sekolah ini juga termasuk dalam jajaran sekolah dengan fasilitas terbaik. Tapi menurut kabar yang beredar pada masanya, Irvanest adalah sekolah dengan banyak nyawa siswa/i nya yang melayang.

Katanya, kebanyakan siswa/i nya adalah orang-orang dari kalangan atas yang mengalami sedikit gangguan pada jiwa nya.

Kerjaan mereka hanya membully membully dan membully. Terus seperti itu di hari-hari seterusnya, hanya saja mereka membully bisa di bilang keterlaluan.

Mereka yang menjadi korban bully sedikit mengalami gangguan kejiwaan akibat bully an para siswa/i kasta atas.
Itu yang Arve ketahui.

Iris mata gadis itu semakin menjadi datar, Irvanest High School sangat tidak cocok bagi Sagara yang telah kehilangan kekayaannya akibat kecelakaan beberapa tahun lalu yang di alami oleh orang tuanya.

Sigh.

"Ha... Mental nya ternyata cukup kuat yah untuk tetap bertahan di sekolah itu."

Tapi... Arve tidak mengetahui nya lebih lanjut apakah keadaan Irvanest High School masih seperti dulu para siswa/i nya?

Atau... Mungkin mereka sudah sedikit berubah dan menjadi lebih baik. Arve menutup mata nya.

"Ah sangat bosan bersekolah di Alovmora High School, benar-benar berjalan dengan mulus kehidupan ku disana." Gadis itu merubah posisi nya menghadap kesamping kanan.

Iris hitam Arve menatap cermin. "Pindah ke sana bukan ide yang buruk juga."

Wu yang sedari tadi menatap tuanya berbicara sendiri pun menatap aneh, 'haish di saat yang lain menginginkan kehidupan yang tenang bagai air, kenapa tuanku malah menginginkan kehidupan dengan adanya konflik?'

"Aku mendengar nya Wu."

🍁🍁🍁

Di halaman belakang sekolah, terdapat segerombolan siswa ah atau lebih tepatnya Geng?

"Hahaha gue ga nyangka lo masih mampu bersekolah di sini, Sa - ga - ra "

Sagara, cowok itu hanya menatap datar mereka. Dan ekspresi itu benar-benar membuat para perundung itu kesal setengah mati.

Sangat sulit bagi mereka untuk membuat Sagara merasa tertekan sehingga menampilkan raut wajah yang mereka inginkan.

Salah satu dari perundung itu berdecak kesal. "Ck, cobalah menampilkan raut ketakutan Sagara, maka lo ga bakal pulang dengan wajah penuh memar."

Mendengar nya Sagara memutar bola mata nya malas. 'Cuih, mendingan pulang dengan babak belur dari pada harus ngabulin permintaannya'

Ah rasanya sangat gatal bagi Sagara. Cowok itu ingin sekali menghajar habis para perundung itu, hanya saja sesuatu menghalangi nya agar tidak melakukan hal itu.

Dan itu benar-benar harus membuat Sagara sabar selama beberapa tahun agar tidak menghajar habis - habisan para perundung menjengkelkan itu.

"Hajar dia."

🍁🍁🍁

Sedangkan Arve saat ini, entah bagaimana dia kembali terjebak dengan tunangan nya.

Padahal ia tadi hanya ingin keluar sebentar untuk membeli camilan, tapi entah mengapa malah bertemu dengan nya.

Berakhir dengan Pria itu yang membawa ( baca:memaksa ) ke mobil nya dan memeluk gadis itu dan membenamkan wajahnya di bahunya.

Hanya saja, Arve merasa aura nya lebih suram, tidak seperti biasanya, dan juga bahu nya sedikit gemetar.

Tangan gadis itu perlahan terangkat, mengelus kepalanya pelan. "What's wrong?"

Althaf mendongak menatapnya, memegang bahu gadis itu erat tapi berhati-hati agar tidak menyakitinya.

"Arve... Jangan dekat-dekat dengan Pria lain, you are only mine! not other people!" Sekilas, nada Pria itu terdengar agresif dan menuntut.

Sebelah alis Arve terangkat, sedikit bingung. Sejenak dia berusaha mengingat-ingat.

"Ah, Sagara?"

Althaf menggeram marah, kilat kecemburuan sangat terlihat jelas di mata nya.

"don't mention his name! You are mine!"

"Okay, calm down..." Tangan lembut nya mengelus pipi Althaf lembut.

Perlahan, dia menjadi tenang. Tapi genggaman nya tetap erat dan tidak terlepas.

"He's my brother, okay? don't be jealous"

Althaf tidak menjawab, dia hanya membenamkan wajahnya di dada nya dan memeluk mu semakin erat.

Tidak, dia tidak bisa tenang.

Memikirkan kamu dekat ataupun disentuh orang lain membuat nya marah, dia tidak ingin Arve-nya di curi oleh orang lain!

Dan itu benar-benar membuat nya gila!

...

Sempatkan sejenak untuk vote dan comen

Perfect Extras TransmigrationWhere stories live. Discover now