P.E.T || 17

38.9K 3.1K 30
                                    

~Happy Reading~

.

.

.

Sigh.

Gadis dengan netra biru gelap nya itu memasukkan tangannya ke kantong jaket.

"Ah... Pagi hari yang dingin ini, jika bukan karena aku membutuhkan sesuatu aku tidak akan keluar." Gumam nya.

Arve berhenti dan menoleh, matanya sedikit ia sipit kan. Ada dua orang gadis menggunakan baju hitam berdiri dekat pembatas jalan.

Dengan salah satunya memegang ponsel, terlihat raut wajahnya sangat khawatir dan cemas.

Gadis itu melangkah mendekati mereka, berhenti di belakang tembok yang tidak jauh dari mereka.

"Hei... Cepat hubungi polisi Bella masuk ke dalam jurang." Nada nya terdengar sangat khawatir begitu pula raut wajahnya.

'Bella?'

Gadis di depannya mengangguk dan menelpon polisi. "Pak cepat datang kemari, teman saya masuk ke dalam jurang!"

'Jurang?' Arve baru mengingat nya, jika di ujung jalan itu memang ada jurang yang cukup curam.

Netra biru gelap nya masih setia menatap kedua gadis di sana.

Gadis dengan jaket coklat nya tersenyum miring. "Bagus... Terdengar sangat meyakinkan Zeanne, sekarang tekan nomornya."

Zeanne ikut tersenyum miring, "sure. "

Ah? Mendengar nama Zeanne yang ia panggil Oliv itu terkekeh.

Astaga Arve melupakan jika Zeanne Olivrani itu seorang antagonis. Tidak mungkin dia mau di permalukan oleh seseorang bukan?

Antagonis? Yah Oliv memang bukan tokoh antagonis dalam cerita ini. Tapi dia adalah antagonis di sekolah lamanya bukan?

Itu adalah sebuah penghinaan besar bagi seorang antagonis, mereka sangat menjunjung tinggi harga diri. Dan Arve tau, kejadian waktu itu sangat mencoreng harga diri Oliv.

Terlebih fakta tentang antagonis girl itu yang menarik ia temukan.

Gadis itu melangkah pergi meninggalkan kedua gadis yang berada di sana.

Perginya Arve di susul dengan suara sirine polisi yang mendekat.

Di pertengahan jalan ia berhenti.

"Akh sial, aku lupa membeli sesuatu."

🍁🍁🍁

Kriet.

Masuk kedalam rumah, setelah perjalanan yang dingin itu sungguh membuat suasana hati Arve menjadi buruk.

Bruk.

Arve melempar kresek putih itu ke sembarang arah, tapi untung nya di tangkap dengan baik oleh Sagara.

"Terimakasih." ucap Sagara dengan datar.

Dan di jawab dengan anggukan dan langsung melenggang pergi ke dalam kamar.

Sagara memiringkan kepala nya sedikit, 'mood nya sedang buruk? Tunggu. hubungannya dengan gue apa ya?'

Pria itu mengedikkan bahunya acuh dan pergi ke dalam kamar.

Di kamar, Arve kini sedang merebahkan dirinya sembari menatap langit-langit kamar nya.

"Kucing imut, apa yang harus aku lakukan dengan tugas itu? bagaimana jika aku tidak melakukannya? Apa akan berdampak sesuatu yang buruk?" Kucing dengan bulu putih nya itu melompat ke kasur Arve.

Dan ikut tiduran di sana. "Mungkin berdampak buruk tuan. Lagipula kan tuan hanya tinggal menggoda nya, kenapa tidak mau?" ucap sistem berkedok kucing dengan blak-blakan nya.

"Cari mati ya?" mendengar ucapan tuanya membuat bulu-bulunya berdiri, kaget dengan apa yang di ucapkan oleh tuan nya itu.

"T-tuan saya hanya bercanda, anda tidak mungkin benar-benar melakukan hal itu kan?" tanya sang sistem dengan gugup. Takutnya tuan nya ini benar-benar akan melakukan hal itu.

Arve bangun kemudian merenggangkan tubunya, "lagipula, ku pikir dia sudah menyukai ku. Tatapan dan sikap nya menjelaskan itu"

Mata biru gelap itu menatap ke depan, kembali mengingat tatapan dan sikap Althaf waktu mereka bertemu.

Terlebih kejadian saat di pesta waktu itu.


...

Kalian pengen dobel up engga?

Perfect Extras TransmigrationWhere stories live. Discover now