☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆
family arrival at the manor
☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆
Keheningan mendominasi di dalam kereta yang ditempati ayah-anak Malleyn.
Keduanya diam tanpa suara seolah-olah kepala tengah berkecamuk memikirkan hal lain yang tidak bisa diabaikan.
Dengan segala masalah tersendiri kedua ayah-anak tersebut diam sampai kereta akhirnya sampai ditujuan; kediaman keluarga Malleyn.
Kediaman yang menjadi lebih sepi sejak perginya sosok nyonya yang ceria yang mengisi segala keheningan di dalamnya.
"Ayah.. kita bicara nanti malam saja," ujar Rose pelan dan melenggang masuk duluan.
"Tunggu-" James hendak bicara sesuatu tapi mengurungkannya.
'Bibimu datang hari ini..'
James menatap lama dan akhirnya ikut turun dari kereta.
"Tuan. Apa Anda langsung ke ruang kerja atau akan beristirahat terlebih dahulu?" Sahut asistennya James.
James menoleh. "Masih banyak pekerjaannya yang belum selesai, aku akan langsung ke ruang kerja. Tolong awasi Jennie, jangan sampai dia bertingkah melalui batas di depan Rosie."
"Baik, Tuan."
.
.
.
'hah... Aku perlu mendinginkan kepalaku, lelah sekali perjalanan tadi..'
Tak..
Rose berhenti berjalan saat dirinya melihat seseorang yang dikenalinya duduk angkuh memandanginya.
Matanya membulat menyadari bahwa itu adalah bibinya, adik dari ayahnya, James.
"Halo keponakan tercintaku, bagaimana dengan ide kita berbincang sedikit?" Suara jelas yang dibumbui ketidaksukaan bisa didengarnya.
"... Tentu saja, bibi.."
Rose menghampiri bibinya dan duduk dengan anggun, menahan rasa lelahnya terlebih dahulu.
"Kapan bibi sampai di sini?" Tanya Rose basa-basi.
Jennie, nama adik dari James membuka kipasnya menutupi separuh wajah bawahnya.
"Baru saja kemarin," Jennie melirik sekilas, "sebelum James pergi menjemputmu."
Tubuh Jennie menegak dan menurunkan kipasnya.
"Aku datang untuk membantu persiapan pesta pertunangan mu dengan putra bungsu keluarga Moriarty. Pertunangan sesama anak angkat, merepotkan keluarga saja.." kata Jennie yang memelankan suaranya dikalimat terakhir.
"Kenapa tidak dengan putra tertuanya saja, yang mewarisi gelar dan warisan keluarga." Sahutnya lagi, seolah mempertanyakan keputusan James selaku kepala keluarga Malleyn.
Rose melirik pada sosok James yang berjalan tak peduli menuju ke ruang kerjanya. Entah karena tidak peduli atau tidak mendengar cemoohan Jennie.
"Hanya Tuan Louis yang jarak usianya dekat denganku, jadi dapat dimengerti kenapa ayah memilihnya sebagai pasanganku." Rose menghela napas dalam-dalam, ingin rasanya rebahan di ranjang tersayangnya sekarang juga.
Dia bangkit perlahan dan menunduk kecil pada Jennie. "Jika bibi tidak keberatan, aku ingin istirahat sebentar setelah perjalanan panjang ke sini.." Jennie menatap, membalas, "pergilah.."
"Terima kasih, bibi."
.
.
.
"Nona, apa Anda lelah setelah berbicara dengan Nyonya Jennie? Beliau selalu menahan Nona tiap kali ada sesuatu yang ingin dikritiknya." Leta menyisir rambut panjang Rose, seusai Rose mandi menyegarkan tubuh.
Rose mendesah, "yah begitulah.. aku ingin istirahat sekarang. Tolong bangunkan aku satu jam sebelum makan malam.."
Leta menaruh sisirnya kembali pada tempatnya dan melangkah mundur ke belakang perlahan, sambil menundukkan kepalanya.
"Baik, Nona. Selamat beristirahat."
Kriett..
Brakk..
Menatap langit-langit kamar, Rose mengangkat tangan kanannya ke atas.
Seolah-olah ingin meraih bintang, matanya ditutup.
Tiba-tiba tanpa perintah tangannya yang dilayangkan jatuh memukul matanya yang tertutup.
Napas berat yang terdengar diselingi dengkuran halus.
Dalam sekejap Rose berpindah ke alam mimpi, menyusuri dunia tanpa kenyataan.
.
.
.
.
.
.
Chap finished; 02/05/22
Vote and comen²⁴/⁰⁶/²²
YOU ARE READING
𝗱𝗶𝘀𝘁𝗮𝗻𝗰𝗲 [ ᴡɪʟʟɪᴀᴍ ᴊ. ᴍᴏʀɪᴀʀᴛʏ ]
Fanfiction" ᵉᵛᵉⁿ ⁱᶠ ᵒᵘʳ ʷᵒʳˡᵈ ⁱˢ ᵈⁱᶠᶠᵉʳᵉⁿᵗ, ʸᵒᵘ'ʳᵉ ˢᵗⁱˡˡ ᵐⁱⁿᵉ " - ω.נ.м " ᵐʸ ˢᵒᵘˡ ⁱˢ ʸᵒᵘʳˢ " - ɾ.ʋ.ɱ 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭• ·˚ ༘ ➳ 𝙼𝚊𝚠𝚊𝚛 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚔𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚐𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚖𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚙𝚊𝚜𝚝𝚒𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚗...