ᴏɴᴇ | ᵈᵉᵃᵗʰ

2.6K 212 7
                                    


☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆
Where should I go?
☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆

☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆Where should I go? ☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Kobaran api semakin membesar.
Ah, cobaan seperti apa yang kau timpakan padaku?
Apa kau tidak puas setelah membawanya pergi dariku?

Bahkan bila mereka penyebab semua lukaku, tali darah yang mengalir tetap menyatu pada mereka.

Jika mereka pergi, maka sebagian diri ini ikut pergi. Karna aku tak akan ada tanpa mereka.

"Rose! Cepat pergi, dan tinggalkan rumah ini!"

Suara itu. Dia menarik tanganku, memasuki ruang tersembunyi yang tersambung pada pintu keluar mansion.

Mendorong tubuhku masuk. Melempar mantel tebal kearahku.

"Pergi jauh, dan jangan melihat kebelakang, Rosie.. Tetap lah hidup dan sembunyikan dirimu"

"kakak akan menyusul setelah ini"

Aku melihat manik obsidian sama sepertiku meredup lebih gelap.

Bahkan tanpa mengizinkanku mengucap sepatah kata, ia menutup pintu dan mengunci dari luar ruang ini.

Aku berlari. Memacu kaki tanpa tentu arah. Aku tidak tau harus kemana, karna satu-satunya rumah bagiku hanya disana. Rumah yang kini terbakar dan mulai menghilang bersama abu.

Mereka, orang-orang yang membakar rumah dan membunuh keluargaku mengejar dengan cepat. Napasku sesak, sangat sulit bernapas dengan benar disela-sela berlari.

Semak-semak berduri menggores kakiku yang tak memakai sendal atau sepatu. Masih dengan pakaian tidur, karna aku tidak sempat menggantinya.

Aku tidak tahu sudah berapa jauh aku berlari, tanpa mempedulikan hal itu aku terus berlari mengikuti cahaya dalam hutan. Di sini begitu gelap dan dingin, aku mengeratkan mantel yang kupakai. Mantel milik kakak yang ia berikan padaku sebelum meninggalkan diriku sendiri.

Teriakan keras mereka membuatku semakin mempercepat lari. Aku tak akan membiarkan mereka menangkapku. Bahkan darah mulai mengucur dari kakiku.

Tap..

aku berhenti tepat di ujung tepi jurang ini. Gelombang besar di tengah laut pasang. Haruskah aku mati sekarang?

"kau! Berhenti dan serahkan dirimu, dan aku akan membiarkanmu tetap  hidup" Suara bariton tegas berucap sambil menodongkan sebuah pistol ke arahku.

Apa bedanya dengan menyerahkan diri dan mati sendiri?
Karna pada akhirnya kalian akan membunuhku seperti yang kalian lakukan padanya.

Perlahan aku menggerakkan kaki kiriku ke belakang, ke arah jurang laut  itu. Pegangannya pada pistol mengerat, orang-orang di belakang pria tadi sedikit melangkah ke depan menyamai posisi pemimpin mereka.

Senyum remeh kusematkan pada bibir, "apa ini ? Kau tidak berani menembakku?"

Gret..

Jari telunjuk menyentuh pelatuk. Posisi pistol berganti tepat ke arah dadaku.

"jangan bermain-main denganku, jalang kecil "

"oh ya? Kalau begitu tekan pelatuknya, seharusnya kau merasa terhormat karna dapat membunuh putri musuh bos mu. Dia pasti akan bangga pada anak buahnya ini"

Emosi sudah terlebih dahulu menguasai pikiran pria itu. Menggertakan giginya, dan kilat mata tiba-tiba menyala.

DORR..

...

...

BYUR..

...

...

Ah.. Seperti inikah rasa menuju kematian? Tidak sakit, tapi menyakitkan. Laut ini begitu dingin dan senyap. Seolah tau perasaanku yang telah mati.

Apakah mereka masih hidup, atau sudah mati?
Apakah kakak berhasil menyelamatkan dirinya?

Ah.. Aku tidak tahu lagi, saat ini aku hanya butuh ketenangan dan istirahat.

Kemanapun arus ini membawaku, aku tidak peduli.

Selama rembulan dapat kulihat lagi, itu tidak masalah.

.

.

.

.

.

.

Vote   and komen

Chap finished : 13/11/21

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝗱𝗶𝘀𝘁𝗮𝗻𝗰𝗲   [ ᴡɪʟʟɪᴀᴍ ᴊ. ᴍᴏʀɪᴀʀᴛʏ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang