☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆
Baron Dublin
☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆.
.
.
"Yang tadi itu?"
.
.
"Istriku, Michelle. Tiga tahun lalu, di tengah hujan malam deras. Anak kami menderita radang paru-paru, kami membawanya untuk berobat ke dokter di desa, tapi dokter itu tidak ada karna sedang menghadiri pernikahan putrinya"
"Atas saran bu Suzanna, kami membawanya ke rumah Baron untuk meminta bantuan pada dokter pribadinya. Tapi Baron hanya menjawab dengan enteng kalau anak kami hanya masuk angin dan akan sembuh sendirinya"
•Malam itu.
"Tuan! Setidaknya kami meminta obat atau sedikit air pun tidak apa-apa!"
Baron Dublin melirik tajam pada kedua pasangan suami-istri itu.
"Berani bayar berapa kalian untuk airnya?"
Barton tertegun mendengar perkataan Dublin. Seketika ia terdiam karna memahami maksud perkataannya.
Tapi Michelle tak putus asa.
"Baron-"
Srek..
Tangan kiri Barton direntangkan untuk menghentikan perkataan Michelle. Ia menahan Michelle tidak berbicara sampai pintu mansion Dublin tertutup.
Dan di malam itu, anak mereka meninggal karna tidak segera diperiksa dokter, ataupun mendapatkan obat untuk sang anak.
•Durham
"Sejak saat itu, Michelle membenciku yang masih tetap bekerja pada Baron yang telah membiarkan anak kami meninggal. Benci pada diriku yang tak bisa kabur atau melawan"
"Hey, professor kecil, mau mendengar keluhan hubungan suami-istri?"
...
"Aku harus bagaimana, untuk menyelamatkan Michelle"
"Asal dia menghilang, asal dia mati"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗱𝗶𝘀𝘁𝗮𝗻𝗰𝗲 [ ᴡɪʟʟɪᴀᴍ ᴊ. ᴍᴏʀɪᴀʀᴛʏ ]
Fanfiction" ᵉᵛᵉⁿ ⁱᶠ ᵒᵘʳ ʷᵒʳˡᵈ ⁱˢ ᵈⁱᶠᶠᵉʳᵉⁿᵗ, ʸᵒᵘ'ʳᵉ ˢᵗⁱˡˡ ᵐⁱⁿᵉ " - ω.נ.м " ᵐʸ ˢᵒᵘˡ ⁱˢ ʸᵒᵘʳˢ " - ɾ.ʋ.ɱ 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭• ·˚ ༘ ➳ 𝙼𝚊𝚠𝚊𝚛 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚔𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚐𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚖𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚙𝚊𝚜𝚝𝚒𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚗...