ꜰɪꜰᴛᴇᴇɴ | ᵃ ˢᵗᵘᵈʸ ⁱⁿ "ˢ"

449 80 9
                                    

☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆
Cafe
☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆

☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆Cafe☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.










"Setelah itu?" Rose bertanya riang mendengarkan cerita Holmes.

Watson menyahut dengan raut setengah jengkel. "Holmes mengambil pistol itu..."

Hudson dan Rose kompak menoleh pada Holmes yang cengengesan. Dan berteriak bersamaan.

"Kau beneran mau membunuhnya?"

Holmes dengan cepat menggeleng kepala sebelum diamuk Hudson. Memperbaiki posisi duduknya dan menghela napas sejenak.

"Tentu saja tidak.... Misteri itu lebih seru dipecahkan sendiri, kau tahu. Dan aku tidak membunuh orang, sebagai pengingat untuk kalian semua."

Holmes kembali menceritakan tentang bagaimana akhirnya kasus itu selesai.

Hope dibawa ke Scotland Yard dan ditetapkan sebagai pembunuh asli Earl Drebber, dan Holmes telah dibersihkan namanya dari tuduhan tersangka.

Usai cerita panjang lebar darinya, Hudson berdiri dan pamit ke belakang karna masih banyak hal yang perlu diurus.

Holmes, yang biasanya lebih suka berdiam diri bersama bahan-bahan percobaan kimia tercintanya, mengajak Rose juga Watson keluar mencari udara segar.

Tentu ajakan itu disambut dengan senang hati oleh mereka berdua.
















Raja siang menyinari awan-awan putih yang kepanasan. Sebuah payung kecil digenggamnya menghalau terik siang yang memancar.

Mereka bertiga berjalan beriringan diselingi cakap tawa. Terkadang membahas hal biasa, kasus-kasus menegangkan, bahkan kehidupan orang lain pun mereka bahas dengan hati riang.

Tumit tertahan menatap kafe kecil yang baru sebulan lalu di buka. Menarik ujung kemeja Holmes seperti yang dulu ia lakukan.

Holmes lantas menoleh menatap manik Rose yang berbinar melihat kafe baru di seberang.

Ia berdeham memanggil Watson yang sudah beberapa langkah di depan karna mereka berdua berhenti.

Dan akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke kafe sekadar istirahat sejenak sembari menikmati kopi dan teh yang tersaji di depan mata.

Kedua sudut bibir ditarik riang. Usai mencicipi teh kesukaannya ditemani teman-teman dekat membuat Rose tersenyum bahagia.

Tapi pikirannya segera berlabuh mengingat sang ayah. Apa beliau sudah makan? istirahat yang cukup?
atau beliau masih marah dengan tingkah tak sopan nya?

Pikirannya terhenti mendengar panggilan Holmes.

"Kenapa kau diam saja?" Tanyanya heran.

Rose menggeleng dan kembali meneguk tehnya.

𝗱𝗶𝘀𝘁𝗮𝗻𝗰𝗲   [ ᴡɪʟʟɪᴀᴍ ᴊ. ᴍᴏʀɪᴀʀᴛʏ ]Where stories live. Discover now