𝗱𝗶𝘀𝘁𝗮𝗻𝗰𝗲 [ ᴡɪʟʟɪᴀᴍ ᴊ. ᴍᴏʀɪᴀʀᴛʏ ]

ᴛᴡᴇɴᴛʏ ᴛʜʀᴇᴇ | ᶠᵘᵗᵘʳᵉ ᵖˡᵃⁿ

☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆
the future she wants
☆━━━━━━━━━━━━━━━━━━━☆

Belaian halus diberikannya untuk sosok yang terbaring lemah di atas ranjang.

Surai pirang yang berantakan karena tidak tidur berhari-hari itu terlihat lesu, wajahnya pucat, matanya sayu penuh lingkaran hitam seperti panda.

Mengatup rahangnya keras menyesali dirinya yang terlambat datang.

Lagi-lagi menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa wanita di atas ranjang itu.

Dia tidak pernah merasa segusar ini, 'tak pernah memiliki perasaan takut akan kehilangan, karena bagaimanapun sejak kecil dirinya telah membangun pribadi yang kuat tanpa merasa lemah akan celah dirinya yang bisa saja ditemukan musuh.

Karena itulah dia berusaha membentuk jarak agar sosok yang menjadi pertama memasuki hatinya yang terkunci selamat dan hidup aman.

Dirinya tentu sadar bahwa tidak terhitung musuh-musuh yang mengincar nyawanya.

Dan begitu mereka menyadari hubungan dekatnya dengan seorang putri Marquess, mereka tidak mungkin tinggal diam.

Target mereka akan beralih pada sang putri agar dirinya melemah.

Dia mencoba mengikhlaskan waktu berjalan yang akan menjauhkan dirinya dengan sang putri.

Mengikhlaskan sang pujaan berakhir bersama adiknya yang amat disayanginya itu.

Demi keamanan, keselamatan, dan kebahagian sang puan, dirinya rela menukar kebahagiaannya sendiri.

Tapi apakah kau yakin bahwa dengan dirimu menjauh, dirinya akan bahagia berdiri di sana sendiri?

Apa jadinya bila ia hidup sendiri dengan penukaran kebahagiaan seseorang yang dicintanya?

Kedua tangannya menggenggam jari-jemari tangan kanan sang puan yang tertidur pulas.

Bisikan demi bidikan hangat dirinya coba agar dapat membangunkannya.

"please wake up, don't leave me alone. If I'm allowed to be selfish just once, I'll tell the world that you're mine."

"Please accept my feelings, my Rose, my Valerie, my most beautiful rose in the world."