🍒 Dejavu 🍒

57 15 1
                                    

**RAMAIKAN KOMENTAR!


#AuthorPOV

Ziva sudah rapi, sang abang akan menjemputnya untuk pergi dinner. Sekedar pengobat rindu karena sudah lama tak bertemu.

"Cantiknya putri mama," puji Irene menatap terpukau putrinya itu.

Alex datang menghampiri, ia tersentak melihat penampakan tersebut. Terdiam sejenak lalu mulai angkat bicara. "Mau kemana dandan cantik kek gitu? Nggak dingin pake dress tanpa lengan?"

"Nggak kok, malahan adem."

Terdengar suara mesin mobil dari luar, Ziva langsung menebak itu adalah Alfred. Dan benar saja, tak lama berselang Alfred muncul dari balik pintu.

Alex mengerjap beberapa kali melihat penampilan Alfred. "Tunggu... Jangan bilang kalian berdua..."

"Al ngajak Ziva dinner, katanya mau melepas rindu karena udah lama nggak ketemu." Jelas Irene mewakili.

Alex terdiam, bohong jika ia tak cemburu. Tapi ia sadar, kini kedudukannya hanya sebatas seorang kakak.

"Udah siap?" tanya Alfred.

Ziva mengangguk, "Ma, Kak, Ziva pergi dulu ya."

Irene mengangguk, sedang Alex hanya diam.

"Kita pergi dulu tan, Alex." Ujar Alfred dan berjalan beriringan bersama Ziva menuju pintu depan.

Setelah kepergian keduanya, Alex langsung buru-buru pergi menuju kamarnya. Irene yang memperhatikan itu dibuat resah. Ia tahu jika Alex sepenuhnya belum bisa mengikhlaskan perasaannya terhadap Ziva. Tapi mau bagaimana lagi, tak ada yang bisa dilakukan untuk mempertahankan hal itu.

🍀

"Wahh... Abang memang yang terbaik." Ziva mengacungkan jempolnya menatap berbinar hidangan yang tersedia dan lampu serta bunga cantik yang menghiasi sekitaran rooftop.

Ziva terdiam sejenak, ia seakan dejavu dengan situasi ini. Ya, dia pernah berada diposisi ini. Namun dengan orang yang berbeda, yakni Alex. Saat perayaan anniversary mereka, Alex selalu menyiapkan hal seperti ini.

"Ada apa, hm?"

Ziva menggeleng, "nggak papa kok bang."

"Ayo, dimakan."

Ziva mengangguk lalu mulai memotong perlahan daging yang tersaji itu.

"Gimana sama kerjaan abang? Baik-baik aja kan?"

"Baik, bahkan baru-baru ini proyek abang berjalan sukses."

"Wahh, selamat. Oohh, pantesan traktir makan mahal kaya gini. Dapat bonus tohh."

"Nggak juga, sebelumnya aku udah ada niatan ngajak kamu dinner kaya gini. Mau ada yang diomongin, jadi pas ada waktu yaa beginilah."

"Apa? Abang mau ngomong apa?"

Alfred menghirup nafas dalam.

"Jangan bilang abang mau nikah?" tanya Ziva menggoda sang abang.

Alfred tersenyum tipis.

"Ehh, beneran? Sama siapa? Kenalin dong."

"Nanti juga tau."

"Ck, main rahasia-rahasiaan nihh. Oke!"
Ziva bangkit berdiri.

"Ehh, mau kemana?"

"Mau ke toilet, kebelet. Hehe," ringis Ziva lalu ngibrit meninggalkan rooftop.

🍀

Tak lama, Ziva kembali. Tersenyum kearah sang abang yang juga tersenyum kearahnya.

Ziva kembali duduk di kursinya, tangannya hendak mengambil pisau dan garpu lagi namun atensinya terfokus pada kotak berwarna merah yang ada di dekat gelas.

I'll be your girlfriendWhere stories live. Discover now