🍒 Adik kembaran 🍒

126 21 6
                                    

Banyakin komen dong🙃





#AuthorPOV

"Udah?"

"Tumben nanya, biasanya langsung tancap gas."

"Yaudah," Alfred menggas motornya yang menyebabkan Ziva hampir terjungkal.

Plakk...

Satu geplakan mendarat di kepala.

"Kalo gue jatuh dimana!"

"Yaa, palingan kebawah." Gumam Alfred memberikan jawaban. Gumaman tak berfaedah itu tentunya dapat didengar jelas oleh Ziva. Lantas ia langsung menyahut lagi.

"Emang ada yang jatuh keatas, goblok." Sarkasnya.

"Ada, di Mars kalau jatuh pasti ngambang."

Ziva memilih untuk diam, meladeni sang abang bisa-bisa membuatnya stroke ringan.

🍀

"Hehh, lo nggak salah?" tanya Ziva setelah barusan Sean muncul dan mensejajarkan langkahnya.

"Hm? Apaan?"

"Jam segini udah dateng, dulu kan lo langganan WC karena telat teros."

"Ck, itu kan dulu Zi. Masih bocah SMP, sekarang mahh gue udah berubah ye." Ucap Sean memberikan pembelaan.

"Ck, berubah. Emang power rangers."

"Bukan, gue ultraman." Ucap Sean sok serius.

Tapi tawa Ziva membuatnya ikut tertawa juga. Tanpa keduanya sadari, di gerbang depan seseorang memantau lekat keduanya dari kejauhan.

Siapa tuhhhh???

🍀

Bel istirahat sudah berbunyi beberapa saat lalu. Ziva kini tengah menenteng totebag berisikan bekal yang Bi Siti siapkan tadi pagi. Nahda tak sekolah, katanya sih ada urusan keluarga.

"Mau ke kantin ya?"

Ziva menoleh, lantas mengangguk pelan. "Iya, kenapa? Mau ikut sekalian?"

"Boleh," balas Felix.

Keduanya berjalan beriringan melewati koridor.

.
.
.

"Hahaha, terus-terus."

"Yaa, begitulah. Terkadang, dia suka kesel sama aku, dan nyuruh ganti baju lain biar nggak samaan."
Lanjut Felix.

"Tapi lucu tau liat anak kembar pake baju samaan, apalagi kalian kan cewek cowok. Couple gituu nggak sihh."

"Kadang, orang luar yang nggak tau kita saudaraan, sering ngira kita pacaran. Kamu tau lahh Felicia gimana, julidnya jangan ditanya."

"Haha, iyaa... Gue awal-awal juga kurang percaya kalau kalian kembar. Terlebih liat Felicia yang kalau ngomong cukup blak-blakan dan lo yang pendiem banget."

"Ehh, ayo makan. Jadi ngobrol mulu," kekeh Felix.

Ziva menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya, mengunyahnya perlahan dan menelannya. Lantas, ia kemudian kembali berbicara.

"Gue sama Bang Al juga sering dibilang pacaran sama orang-orang. Dan yaa, abang gue dari luar pendiam banget kaya lo. Tapi sebenarnya, bikin ngelus dada. Orangnya cerewet, usil, tukang ngadu. Dan yang paling buat gue jengkel, kalau ke kamar gue main nerobos aja tanpa ketuk pintu. Nggak ada otak banget emang."

I'll be your girlfriendWhere stories live. Discover now