Bab XXV - Love Bomb

49.6K 7.2K 369
                                    

Bab XXV - Love Bomb

"Siapa aja yang ikut?" Tanya Ninda memastikan pendengarannya nggak salah.

Aku mendelik ke arahnya malas. Aku sudah menjelaskan dua kali kepadanya terkait survei lokasi resort yang akan dilakukan mulai besok itu. Sejujurnya sampai hari ini—sampai Bu Yildis mengirimkan e-tiket kepadaku, aku masih nggak menyangka akan ikut agenda para bos itu. Akibatnya karena terlalu lama kaget... aku lupa bahwa aku nggak memiliki koper kecil, sehingga malam ini aku mengajak Ninda dan Mas Yudha untuk menemaniku mencari koper malam ini.

"Afif, Kelvin, Mina dan Seira," Mas Yudha mengangguk-anggukkan kepalanya seperti menilai. "Nanti Cece jadi pesuruh mereka!"

Aku melotot ke arah Mas Yudha. "Tega banget!"

Ninda menyeburkan tawa. "Benar kata Mas Yudha. Ko kan level staf, udah pasti ko yang tim sibuk selama tiga hari di sana!"

Kutarik napas dalam-dalam. Nggak ada yang salah dari kata-kata itu. Ketika kembali ke ruangan, aku turut menceritakan pada semuanya terkait rencana survei ini sehingga aku hanya bisa kerja remote. Mas Bary dengan lantang mengatakan bahwa aku harus siap membawa koper besar kerena akan membawa segala macam barang dan hanya aku yang bisa mereka suruh-suruh semaunya.

Aku jadi nggak ingin pergi survei. Belum lagi pikiran mereka akan double date! Bukan hanya terpaut umur yang jauh, aku juga nggak bisa akrab dengan mereka karena semuanya atasanku.

"Aku pura-pura sakit aja gimana?" Usulku menoleh pada Ninda dan Mas Yudha bergantian. "Sakit perut sekarang! Atau ke RS?"

"Emang pengecut ko tuh! Ini saatnya membuktikan sama semua orang ko bisa!" Ninda geram.

"Bisa apa?!" Balasku tak kalah sengak. Bisa patah hati?

Mas Yudha terkekeh menyaksikan perdebatan kami, nggak berniat menimbrung sama sekali.

"Mas nggak bisa ikut aja? Ikut, yuk!" Aku merengek padanya.

"Ko yang bayarin semua akomodasi Mas Yudha?" Balas Ninda tak diundang.

"Ya nggak begitu juga!"

Mas-ku itu hanya menggeleng. "Masih ada dua rapat lagi sampai lusa. Aneh juga kalau Mas ikut internal kalian."

Ponsel Mas Yudha berdering lagi. Aku sempat sekilas melihat nama Kak Mina ada di pop up message-nya. Benar-benar nggak sengaja melihat sama sekali. Akan tetapi, karena ketidaksengajaan itu aku makin penasaran dengan apa yang terjadi diantara mereka.

"Mas itu ada hubungan apa sih sama Kak Mina?" Tembakku langsung, menunjuk ponselnya dengan daguku.

Mas Yudha mengangkat sebelah alis, "Nggak ada hubungan apa-apa."

"Katanya pernah makan malam di Kemang?"

Mas Yudha mengerinyit. "Ya. Setahun yang lalu."

"Pas Kak Mina udah sama Pak Afif?" Tanyaku makin penasaran.

"Aku justru baru tahu dia sama Afif selama ini dari kalian."

Ninda menggeleng. "Bukan! Masih belum ada hubungan soalnya Pak Afif aja masih ganjen sama Sherina!"

"Apaan sih?" Aku mengelak singkat. Mengabaikan Ninda, aku makin menoleh pada Mas Yudha. "Trus kenapa dia masih suka menghubungi Mas?" Aku masih nggak mau mengalihkan pembicaraan ini sama sekali.

Mas Yudha tampak tersenyum tipis, jarinya menjawil pipiku ringan. "Kenapa adikku ini sangat kepo? Pengin tahu apa?"

Ninda berdecak. "Maunya Sherina ... Mas deketin Kak Mina biar Pak Afif bebas dia deketin!"

Selaras | ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant