BAB 5 - Hati yang Dekat

Start from the beginning
                                    

Gelak tawa Mily semakin mengacu menertawakan respon singkat Romeo. Dengan Edo yang pantang tentang apapun ejekan mereka semua. Tentang kekayaan yang dimiliki keluarganya sekalipun. Terkenal sebagai content creator pemula. Edo juga tak ingin menjadi yang paling dibanggakan. Sekiranya ia masih bisa terkenal di luar sana. Dengan gayanya yang sederhana. Tanpa memandang kekayaan dari orang tuanya.

_ _ _

"Romeo, pulang bareng yuk!"

Remaja labil datang dari arah berlawanan Romeo berjalan. Menuju parkiran sekolah untuk mengambil sepeda. Ia malah terhenti dengan gadis tak berdosa ini.

"Gue lagi badmood Sa!" Tegas Romeo pada Risa.

Teman masa kecilnya yang sampai saat ini masih satu sekolah dengannya. Risa adalah gadis tembem dengan penampilan modis yang tak pernah ketinggalan. Dan sayangnya kini mereka tak tetanggaan lagi. Karena Risa sudah pindah rumah ke perumahan lain. Meninggalkan rumah dia dahulu di dekat Romeo. Sudah hampir 5 tahun Risa tak tau tentang keadaan Romeo sekarang. Bahkan Kak Laskar si king good looking itupun tak tau bahwa dia kakaknya Romeo.

Risa sangat sedih ketika penolakan Romeo mentah-mentah kepadanya. Ia berfikir telah salah meninggalkan Romeo saat itu. Dengan keadaan keluarganya terpecah. Risa juga ikut pindah. Jarang ke rumah Romeo karena ibu Risa tak mengizinkannya kembali bertemu. Dan saat bertemu pula, Romeo agak acuh tak acuh pada Risa. Tak mengenal akrab seperti dulu mereka selalu bersama.

Dengan langkahnya yang pasti Romeo mencari sepedanya. Meninggalkan sekolah dengan lajunya yang cukup kuat. Hari ini memang ayahnya tak bisa menjemputnya. Karena suatu kerjaan di kantornya yang tak bisa ditinggalkan. Jadi kini Romeo hanya bisa pasrah dengan keadaan rumah. Pulang-pulang harus beberes dan bersih-bersih rumah yang tak seberapa besar itu.

_ _ _

"Sampai sekarangpun belum ada kabar juga dari Tasya. Memang dia kemana sih?"

Dalam pikirnya masih bertanya-tanya. Romeo yang duduk di kursi kayu depan meja belajarnya yang sudah rapi tertata. Masih saja memikirkan belahan jiwanya yang sampai kini tak ada kabar. Teman sih teman, tapi khawatirnya seperti lebih dari teman.

Romeo pun mengalihkan semua perhatiannya dengan merapikan kotak-kotak sebelah meja belajarnya. Yang sudah lama terbungkus isolasi. Entah dari kapan benda-benda terdalamnya terkubur lama. Itupun kenangan-kenangan terindahnya waktu SMP. Tanpa basa-basi, ia mengambil cutter. Melepaskan isolasi itu dengan pelan tapi pasti.

Debu-debu yang masih menggunung ia coba bersihkan dengan kemucing. Meskipun tak semuanya bersih juga. Tapi seenggaknya itu terlihat tidak kotor sama sekali.

Di dalam kardus itu terlihat banyak sekali kumpulan mainan. Pigura bahkan kado-kado terlama dari teman sekolah bahkan keluarganya dahulu. Ia pun mengambil duduk di lantai dan melihat satu-satu isi kotak tersebut. Tiba-tiba ada sesuatu jatuh dari kardus. Sepertinya tangannya tak sengaja menjatuhkan benda kecil itu.

"Stiker panda?"

Tanyanya masih berfikir. Ia merasa ada yang special dari stiker kecil satu ini. Meskipun auranya tidak bisa ditebak. Tapi ia yakin bahwa ada sesuatu yang janggal dari stiker panda kecil itu. Terlihat masih bagus dan rapi dalam sebuah bungkusan plastik yang berdebu.

"Tunggu sebentar, aku pernah merasa dikasih sesuatu ini oleh seseorang. Tapi siapa ya?"

Mecoba mengingat ingat peristiwa yang terjadi saat stiker panda itu berada di genggamnya.

~~~
"Aku harap stiker panda ini bisa kamu simpan. Mungkin kalau kita bertemu lagi kamu bisa mengingatku."
~~~

Kata-kata singkat yang kini hanya ada di benak Romeo. Seorang gadis yang berbicara di depan matanya. Memberikan stiker kecil tak bermakna menjadi suatu lebih berharga di genggamnya saat itu.

Romeo and His CrushWhere stories live. Discover now