17. Sleep Call

8.4K 598 4
                                    

Raden kembali kerumah papanya dengan keadaan kacau, rambut acak-acakan, kancing seragamnya terbuka hingga menampakkan dada bidang raden dan tangan Raden yang masih mengeluarkan darah akibat meninju tembok rumah sakit, Raden memasuki rumahnya denga...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Raden kembali kerumah papanya dengan keadaan kacau, rambut acak-acakan, kancing seragamnya terbuka hingga menampakkan dada bidang raden dan tangan Raden yang masih mengeluarkan darah akibat meninju tembok rumah sakit, Raden memasuki rumahnya dengan langka lebar

"Dari mana saja kamu?" Tanya Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari koran yang sedang dia baca

Raden menghentikan langkahnya "bukan urusan anda, saya dari mana." Jawab Raden dingin

Sean meletakkan koran itu dimeja, dan berjalan menghampiri Raden yang membelakanginya. Sean memasukan tangannya kesaku celannya

"Ada apa dengan tanganmu?" Tanya Sean dingin

Raden membalikkan tubuhnya dan menatap Sean tajam, Raden terkekeh sinis "sejak kapan tuan Sean, perhatian dengan anaknya?" Ujar Raden menusuk

Sean mengusap wajahnya kasar "sampai kapan kamu akan terus begini?" Tanya Sean

Raden terkekeh "saya begini gara-gara anda bodoh!" Bentak Raden

"Jaga ucapanmu Raden." Ujar Sean dingin

"Untuk apa? saya hanya mengatakan fakta!" Bentak Raden lagi

Bugh

Sean meninju rahang tegas Raden kuat hingga sudut bibir Raden sedikit berdarah "AKU MASIH PAPAMU!" bentak Sean

Raden mengusap sudut bibirnya yang berdarah dan kembali terkekeh sinis

"papa? Anda bilang masih papa saya? TIDAK USAH BERMIMPI PAK SEAN! SEJAK KEJADIAN ITU SAYA SUDAH TIDAK MENGANGGAP ANDA PAPA SAYA! CAMKAN ITU!" Bentak Raden menggelegar

Sean menghembuskan nafasnya kasar "sudahlah. saya tidak mau bertengkar denganmu" ujarnya santai

Raden menatap datar Sean dan ingin kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya dilantai dua

"Tunggu. Saya ingin membicarakan hal penting" ujar Sean menahan Raden

"Saya tidak ingin mendengarnya." Balas Raden dingin tanpa membalikkan tubuhnya

Sean mendecak "TIDAK USAH MEMBANTAH!" Bentaknya kesal

Raden kembali membalikkan tubuhnya "hal penting apa yang perlu kita bahas, HAH!?" balas Raden ikut membentak

Sean menatap tajam Raden dan menarik tangan anaknya kasar, Sean mendudukan Raden kesofa dengan paksa "DENGARKAN SAYA!" Bentak Sean

Raden hanya menatap datar Sean "apa?" Tanya Raden santai kemudian melipat kedua tangannya didada

Sean menetralkan nafasnya yang emosi dan mendudukan dirinya dihadapan Raden, Sean menyodorkan handphonenya kepada Raden. Raden hanya melihat handphone itu sekilas, ia sangat ogah sekarang

"Untuk apa itu?" Tanya Raden menaikan sebelah alisnya

"Saya ingin kamu bertunangan dengan dia." Sungut Sean santai

ALEA (TAMAT)Where stories live. Discover now