07: Ini Semua Tidak Adil

Mulai dari awal
                                    

Tes!

Setetes darah mengotori buku lks Azka.

Kansa yang melihatnya lantas terkejut bukan main.

"Azka lo mimisan!" Tanya Kansa dengan suara yang tidak bisa dikontrol lagi.

Satya yang berada dibelakang meja Azka sontak langsung berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri meja Azka.

"Ka." Satya mendongakkan wajah Azka, ingin menatap dia lebih jelas.

"Pucet banget lo nying." Cicitnya tanpa sadar, masih ada guru lho disitu.

Satya membawa Azka ke uks setelah mendapat izin dari Ibu guru mapel yang sedang mengisi jam pelajaran kali ini.

"Lo kecapean pasti." Oceh Satya memberikan Azka segelas air putih.

"Hm." Jawab Azka setelah meneguk airnya.

"Apa yang lo rasain sekarang?"

"Pening." Azka memijat kepalanya.

Hening melanda keduanya. Satya sengaja tidak mengajak Azka berinteraksi supaya dia bisa istirahat.

"Lo kalau mau balik ke kelas balik aja. Nggak papa." Ucap Azka sambil memejamkan matanya.

"Nggak. Gue nemenin lo aja. Males gue dikelas."

Azka terkekeh, "Udah sana balik. Lo nanti ketinggalan materi."

"Maszeeh tidur wae. Aku tak dolanan hp." Satya membenarkan selimut Azka.

"Sambil menyelam meminum air." Satya mulai fokus dengan hp nya.

"Dasar. Mkdk lo."

"Mkdk? Apa tu?" Satya yang sedang login mengalihkan perhatiannya.

"Mencari kesempatan dalam kesempitan."

---

Terakhir Azka memeriksakan dirinya ke dokter ialah sepuluh bulan yang lalu. Waktu itu, pulang sekolah Azka memberanikan dirinya mendatangi rumah sakit seorang diri. Berbekal uang lembar ratusan ribu. Azka meminta dokter mengecek kondisi tubuhnya.

Stadium satu.

Awalnya Azka tidak percaya. Dia meninggalkan ruangan dokter itu tanpa permisi. Bagaimana mungkin dia mengidap penyakit itu padahal keturunan keluarga Muson dan Melan tidak ada yang mengidap penyakit seganas ini.

Seiring berjalannya waktu, Azka mulai melupakan diagnosis dokter yang dia anggap tidak becus. Dia mulai menghiraukan rasa sakit dikepalanya yang semakin hari kian menyiksa dirinya.

Azka selalu mencoba positive thingking.

Toh seandainya benar yang didiagnosis dokter itu, Azka pasrah. Lagian siapa yang mau membiayai dirinya nanti? Dia pasrah seandainya tuhan ingin mencabut nyawanya lewat penyakit ini.

Memandang hasil scan dari dokter itu hanya membuat dia menyuruh otaknya berpikir keras dan berakhir sakit.

"Woi Ka." Mira menyadarkan lamunan Azka.

"Ayo balik, udah tutup ni." Ucapnya.

"Liatin apa sih serius banget?" Mira menjulurkan lehernya kepo dengan gambar digenggaman tangan Azka.

Azka buru-buru memasukkan gambar itu kedalam tas. "Kepo."

"Dih!" Mira menyengit bingung, gadis yang berumur dua tahun lebih tua dari Azka itu berjalan menuju ambang pintu Cafe.

"Mir." Azka memanggil Mira. Gadis itu tengah mengenakan helm dikepalanya.

"Hati-hati. Didepan ada wedon." Usil Azka menakuti Mira.

AZKARINO✔️[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang