20

101K 15.6K 544
                                    

Niatnya sih besok baru up, tapi ternyata gabisa nahan jari buat klik 'publikasikan'😡

••••••••

Happy Reading 💜💜💜

••••••••

"Saya memang berencana untuk tidak mengikutinya untuk tahun ini." Suara bariton nan tegas itu memenuhi ruangan.

Di suatu ruangan besar nan mewah, terdapat dua orang yang tengah berbincang serius tanpa ingin gangguan dari siapapun dan apapun itu. Seorang pria yang sudah berkepala empat tengah fokus menormalkan debaran jantungnya yang menggila jika dihadapkan dengan pria di depannya itu yang tengah menatapnya tajam tanpa ekspresi. Selalu seperti ini, padahal dirinya lebih berkuasa daripada pria di depannya, tapi mengapa ia malah merasa segan dengan bawahannya sendiri?

"Mengapa?" Tanya raja Andreas melirih entah karena apa. Dia menatap bingung pada lawan bicaranya yang tengah melempar tatapan tajamnya seperti biasa.

"Pelaku pembunuhan berantai masih berkeliaran di luar sana. Kita tidak tahu apakah dia sendiri atau dalam sebuah kelompok. Jika kita terus mengendurkan keamanan tanpa rencana apapun, maka kerajaan kita akan hancur karena bisa saja para penduduk memilih meninggalkan kerajaan ini yang sudah tidak aman lagi untuk mereka tinggali."

Raja itu terlihat berpikir, memang benar apa kata Arsen, tapi acara yang dilangsungkan selama setahun sekali ini juga sangat penting karena untuk mempererat tali silaturahmi antar kerajaan. Mereka bisa berteman dengan baik dan bisa meminta bantuan bila sedang mengalami musibah.

Berdeham pelan, Andreas menatap penuh pada wajah Arsen yang semakin membuatnya tertekan.
"Baiklah. Pastikan kau bisa menangkapnya secepat mungkin. Aku percaya padamu." Raja Andreas menepuk lengan Duke Arsen dua kali dan berjalan pergi dari ruangan. Tidak tahan berlama-lama disebuah ruangan bersama pria penuh intimidasi itu.

Melihat punggung Andreas yang menghilang dibalik pintu, senyum miring tercetak di wajahnya.
"I'm coming, Nura." Ucapnya pelan dengan wajah cerah. Arsen berjalan menuju pintu, tapi sebelum itu ia merubah kembali ekspresi wajahnya menjadi datar dan tegas.

Semua mata yang melihatnya langsung menahan nafas dengan jantung berdebar, entah itu laki-laki maupun perempuan. Mereka cepat-cepat mengalihkan pandangannya begitu tak sengaja bersitatap dengan mata setajam elangnya yang penuh intimidasi.

••••••••

Mematut dirinya di depan cermin dengan perasaan puas, gaun biru sederhana itu benar-benar melekat indah di tubuhnya. Berbeda dengan seorang pelayan wanita yang berdiri di dekatnya dengan menggigit jari.

 Berbeda dengan seorang pelayan wanita yang berdiri di dekatnya dengan menggigit jari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nyonya Duchess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang