04: Ketahuan Kerja!

Start from the beginning
                                    

"Kalau mereka tau aslinya gue, pasti juga pada kabur." Cicit Azka pelan.

"Ck! Jangan rendah diri Ka. Mandiri kok insecure." Andra merangkul pundak Azka akrab.

"Lo di hajar sama adek lo lagi?." Andra mengamati sudut bibir Azka yang biru.

"Gue yang salah." Jawab Azka, pandangannya tak lepas dari Regaza.

"Sekali-kali lo bales kek. Jangan diem mulu."

"Gue mati kalau berani bales dia." Jawabnya seadanya. Dia akan dihajar habis-habisan oleh Muson sampai berani melukai Regaza. Seperti dua tahun yang lalu....

Andra geleng-geleng kepala membayangkan, "Nanti malem lo bisa main?"

"Nanti malam minggu, cafe pasti rame."

"Sans. Main ps dirumah gue kok. Always open everytime." Andra menaik turunkan alisnya.

Azka menoleh menatap Andra, lelaki itu tersenyum tipis. "Gass."

"Bokap lo aman kan?."

"Nanti gue nanya sama bibi dulu."

Andra mengangguk mengerti,

"Cabut yok, kantin." Ajak Andra.

Azka menjatuhkan rokoknya dilapangan, menginjak hingga tidak menimbulkan asap. Lalu pergi meninggalkan area ini bersama Andra.

Melewati koridor kelas sepuluh, mendadak tubuh Azka limbung beberapa saat sampai dia harus berpegangan pada tembok disampingnya.

"Lo kenapa Ka?." Tanya Andra memperhatikan raut wajah Azka yang sedikit pucat.

Azka menunduk kebawah, keramik dibawah terlihat berputar.

"Nggak. Nggak papa." Dia menggelengkan kepalanya cepat. Mencoba menghilangkan sakit kepala yang beberapa bulan ini menemaninya. Namun baru kali ini dia sampai terhuyung seperti ini.

Azka kembali berjalan seolah tidak terjadi apa-apa, membuat Andra menyengit bingung.

"Pusing?." Tanya Andra.

"Hm." Jawab Azka jujur.

"Makanya jangan kecapekan lu jadi orang."

"Lu nggak ngerasain jadi gua. Mending diem." Saut Azka ketus, mungkin akibat kepalanya sakit dia jadi berkata demikian.

---000---

Sesuai bayangan Azka, malam ini Cafe benar-benar rame. Kebanyakan dari mereka remaja yang didominasi couple. Lokasi Cafe cukup berjarak jauh dari rumahnya, dia sengaja supaya tidak ada yang tau kalau dia kerja disini. Bagaimanapun Azka malu bekerja sebagai pelayan.

Dia terduduk di shofa sambil memijat kepala.

"Ka, anterin ini di meja nomor lima." Mira memberikan nampan berisi dua jus alpukat.

Azka tidak menjawab sepatah katapun, dia memejamkan matanya sembari memijat kepalanya yang terasa pusing.

"Ka?" Mira mengguncang pundak Azka.

Azka mengangkat pandangannya menatap Mira.

"Hm?"

"Anterin ini ke meja nomor lima." Sekali lagi Mira mengulang perkataannya dengan malas.

"Sakit lo? Pucet." Tanyanya.

Azka menggeleng, lelaki itu mengerjap pelan.

AZKARINO✔️[TAMAT]Where stories live. Discover now