Bab 35 - Telepon Pengganggu

14.5K 1.2K 12
                                    

Mulai hari ini, His Future bakal update setiap hari. Seneng nggak? Hehe.

Happy reading❤️

***

Tangan Nasya terangkat perlahan lantas menyentuh bibirnya yang terasa kebas. Astaga, tadi adalah ciuman terpanas yang pernah ia lakukan. Lagi-lagi, pelaku yang mengambil ciumannya adalah Sagara. Wajahnya seketika menghangat ketika ingatan beberapa saat yang lalu merasuki kepalanya.

Lamunan Nasya buyar saat terdengar suara bel berbunyi. Ia bergegas berjalan menuju pintu lantas membukanya. Terlihat pesanan bubur ayam Sagara telah datang, ia pun mengambilnya. Berjalan menuju sofa di depan televisi, kemudian ia meletakkan keresek berisi dua bubur ayam ke atas meja yang ada di sana.

Ketika Nasya mendudukkan diri di atas sofa, tepat saat itulah Sagara terlihat keluar dari kamarnya. Ia mengernyit saat melihat rambut basah Sagara dan wangi sabun yang tercium dari tubuhnya. Sepertinya lelaki itu baru saja mandi, tetapi bukannya tadi sudah mandi? Untuk apa mandi lagi?

Sagara menatap Nasya sejenak sebelum beranjak duduk di sebelah Nasya, namun jauh di ujung sofa seolah sengaja memberi jarak. Tangannya terulur lantas mengambil satu styrofoam berisi bubur ayam, kemudian membukanya. Sebelum melahap bubur ayam itu, ia kembali menatap ke arah Nasya.

“Na,” panggil Sagara.

“Ya?” sahut Nasya lantas menatap Sagara. Baru saja bertemu pandang dengan bola mata hitam pekat lelaki itu, ia langsung mengalihkan pandangan ke arah lain saat ingatan beberapa saat yang lalu kembali terlintas di kepalanya.

“Sorry soal yang tadi, sorry kalau lo takut sama gue. Kalau misalnya lo mau pulang sekarang nggak apa-apa,” tutur Sagara tanpa mengalihkan pandangannya dari Nasya. Ia terlihat pasrah saat ini. Kalau Nasya marah padanya atau meminta pulang tidak masalah, asalkan tidak meminta putus darinya.

“Takut kenapa?” sahut Nasya dengan raut bingung. “Kalau soal yang tadi lo nggak usah minta maaf. Gue juga salah soalnya nggak nyuruh lo berhenti.”

Jawaban tak terduga dari Nasya membuat Sagara menghembuskan napas lega. “Thanks,” ujarnya.

“Hm,” sahut Nasya dengan tenang lantas mulai melahap bubur ayamnya. Ia berusaha terlihat tenang, padahal jauh di dalam hatinya saat ini ia tengah mati-matian menahan gugup.

Melihat Nasya makan membuat Sagara juga turut makan. Ia sesekali menatap ke arah Nasya yang tampak fokus makan tanpa menatapnya. Tiba-tiba matanya menangkap pandang leher Nasya yang terdapat beberapa tanda hasil perbuatannya. Seketika ia menelan ludah dengan susah payah. Bagaimana kalau Arhan tahu? Arhan pasti akan mengamuk atau bahkan menguburnya hidup-hidup kalau sampai tahu hal yang ia perbuat kepada adik kesayangannya.

“Kenapa, Kak?” tanya Nasya seraya menoleh ke arah Sagara. Pertanyaannya berhasil mengejutkan lelaki itu.

“Hm?” sahut Sagara, ia terdiam selama beberapa detik. “Lo bawa sweater turtleneck atau sejenisnya nggak?”

Nasya menggeleng sebagai jawaban. Untuk apa pula ia membawa pakaian tebal seperti itu di hari yang panas?

“Kalau nggak bawa pinjam sweater turtleneck punya gue ya? Kalau pulang entar dipakai,” kata Sagara.

Nasya mengerjap bingung mendengar ucapan Sagara. “Panas-panas begini masa pakai sweater? Nggak mau ah.”

“Buat nutupin itu,” tunjuk Sagara ke arah leher Nasya.

“Nutupin apa?” sahut Nasya. Merasa penasaran, ia pun membuka kamera depan ponselnya lantas mengarahkan ke bagian yang ditunjuk oleh Sagara. Sontak, ia melotot melihat kissmark made in Sagara di lehernya.

His Future (TAMAT)Where stories live. Discover now