Bab 15 - Penglihatan Itu

13.3K 1.6K 8
                                    

Happy reading!

***

Nasya berjalan mondar-mandir di kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi Arhan belum juga pulang. Yang menjadi kekhawatiran Nasya adalah Arhan tidak memberi kabar apapun dan tidak membalas pesannya. Nasya tahu kalau kakaknya sudah besar dan bisa menjaga diri, namun ketika melihat Mamanya yang juga khawatir membuat gadis itu turut dilanda perasaan khawatir.

“Arhan belum balas, Na?” tanya Mama.

Nasya menggeleng sebagai jawaban.

“Udah kamu telepon?”

“Udah, Ma, tapi nggak diangkat.”

Melihat raut cemas dari anak perempuan dan istrinya, Papa pun mendekat. “Jangan khawatir, Arhan udah besar. Mungkin dia sedang kerja kelompok di rumah temannya dan baterai hape-nya habis jadi nggak bisa dihubungi,” tuturnya, berusaha menenangkan.

“Ya. Papa benar juga,” sahut Nasya setelah terdiam cukup lama. Ia beralih menatap Mamanya. “Mama nggak perlu khawatir lagi, entar juga Bang Arhan balik.”

Setelah menimbang-nimbang akhirnya Mama mengangguk. Dengan ditemani oleh sang suami, wanita itu kembali ke kamarnya.

Mengenyahkan kekhawatiran, Nasya memilih untuk bersiap-siap tidur. Gadis itu mengganti pakaiannya dengan baju tidur berwarna merah muda bergambar boneka. Ia beranjak menuju kamar mandi dan mulai menggosok gigi.

Suara motor yang terdengar disusul pintu ruang tamu yang terbuka membuat Nasya terkejut. Masih dengan sikat gigi yang berada di dalam mulut ditambah mulut penuh busa, gadis itu berlari keluar kamar mandi dan melangkah menuju ruang tamu.

“Bang! Lo kok—” Perkataan Nasya kontan terhenti ketika melihat ada dua sosok lain di sebelah Arhan. Satu sosok lelaki tinggi dengan kulit kecokelatan dan satu lagi sosok lelaki berjaket cokelat.

“Sikat gigi diselesein dulu! Malu tuh ada Bintang sama Sagara,” omel Arhan.

Nasya ingin tenggelam ke rawa-rawa detik ini juga. Memalukan sekali! Ia melirik ke arah Bintang yang tengah menahan tawa, sedangkan Sagara tampak diam saja dengan raut datarnya seperti biasa.

Tanpa pikir panjang, Nasya berbalik dan berlari menuju kamar mandi untuk menyelesaikan gosok giginya. Gadis itu merutuki dirinya yang terlihat jorok dengan busa dan sikat gigi di mulutnya, apalagi tadi Bintang dan Sagara melihatnya. Tunggu, mengapa terasa ada yang aneh?

Nasya melotot ketika menyadari ada sosok Sagara tadi. Bagaimana bisa lelaki itu ada di sini bersama kakaknya? Kalau soal Bintang, Nasya tidak heran karena beberapa kali Arhan pernah membawa Bintang ke sini. Namun, soal Sagara. Bukankah kemarin lelaki itu baru saja dihajar habis-habisan oleh kakaknya? Bagaimana bisa sekarang mereka terlihat bersama?

“Malu, anjir!” umpat Nasya ketika menyelesaikan gosok giginya. Gadis itu teringat dengan tatapan Sagara tadi, walaupun tampak datar tetapi Nasya yakin kalau lelaki itu ingin mentertawakannya seperti Bintang.

Ini semua gara-gara Arhan! Dengan tangan terkepal, Nasya keluar kamar mandi dan melangkah cepat menuju ruang tamu untuk menghampiri Arhan. Gadis itu tidak tahu kalau Arhan sebenarnya tengah berada di dapur, lelaki itu sedang membuat minum.

“Bang!” teriak Nasya begitu sampai di ruang tamu. Namun, gadisi itu langsung terdiam di tempat ketika tidak mendapati Arhan di sana, justru yang ada hanyalah Sagara seorang diri.

Sagara yang mendengar suara Nasya pun mendongak, mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Lelaki itu menatap Nasya dengan raut datarnya, namun tidak ada sorot tajam di matanya.

His Future (TAMAT)Where stories live. Discover now