Bab 21 - I Like You

13.7K 1.5K 13
                                    

"Sejak kedatangan nyokap gue, rumah tangga nyokap tiri gue hancur. Mungkin benar kalau semua gara-gara nyokap gue. Tapi gue yakin kalau nyokap gue bukan seorang pelacur, dia beda. Ya, beda.” Suara Sagara memelan di akhir kalimat. Sorot matanya memancar ragu selama beberapa detik.

Nasya masih bungkam. Menurutnya ini adalah pembahasan yang cukup berat dan ia berharap tidak salah berbicara nantinya. “Itu siapa yang bilang kalau semua gara-gara nyokap lo? Nyokap tiri lo?” tebaknya.

“Hm,” gumam Sagara dengan raut datarnya. Namun, sorot mata lelaki itu menjelaskan bahwa ia terluka dengan semua kenyataan ini.

Alis Nasya bertaut, ia terlihat tengah berpikir. “Berarti kalau yang ngasih tahu tentang hal itu nyokap tiri lo yang benci sama lo, bisa jadi dia bohong. Kenapa lo nggak coba tanya nyokap kandung lo langsung?” Ya, inilah yang menjadi pertanyaan Nasya. Mengapa Sagara mempercayai perkataan ibu tirinya? Bukankah lebih baik bertanya langsung kepada ibu kandungnya? Ataukah Sagara dan ibu kandungnya sedang ada masalah yang membuat mereka—

“Nyokap gue udah meninggal lebih dari enam tahun yang lalu. Gue belum sempat tanya apapun karena waktu itu gue masih bocah yang nggak tahu apa-apa.”

Ucapan Sagara barusan berhasil membuat pikiran Nasya buyar. Gadis itu tertegun sekaligus merasa bersalah karena sudah membuat Sagara mengungkit mendiang ibunya. “Sorry, Kak, gue nggak tahu.”

Kedua remaja itu terdiam cukup lama, tampak sibuk dengan pikiran masing-masing. Nasya masih fokus menatap Sagara tanpa kata dengan mata yang menyorot iba. Sedangkan Sagara, lelaki itu tampak melamun, memandang dengan tatapan kosong ke arah depan.

“Kak Gara,” panggil Nasya dengan lembut.

“Hm?” sahut Sagara seraya menatap ke arah Nasya.

“Apakah selama enam tahun lebih, lo juga nerima perlakuan yang nggak manusiawi dari nyokap tiri dan kakak tiri lo?” tanya Nasya ketika teringat tentang ibu kandung Sagara yang sudah meninggal sejak enam tahun lalu, berarti bisa jadi Sagara mendapatkan siksaan dari ibu tiri dan kakak tiri sejak saat itu juga bukan?

Sagara mengangguk singkat sebagai jawaban.

Nasya terbelalak dengan mulut terbuka lebar. Menutup mulutnya rapat-rapat, ia lantas beralih menatap pipi Sagara yang menampilkan bekas kemerahan di sana, ditambah lagi lebam-lebam di wajah lelaki itu yang belum hilang sepenuhnya. Perasaan sesak menghinggapi dada Nasya, gadis itu menggigit bibirnya lantas memalingkan wajah ke arah lain.

Menerima siksaan selama lebih dari enam tahun? Astaga, Nasya tidak dapat membayangkannya, justru dadanya terasa begitu nyeri. Kedua mata gadis itu mulai memanas ketika terpikirkan betapa tersiksanya Sagara selama ini. Tanpa bisa dicegah, perlahan bulir air matanya jatuh dan mengalir melewati pipinya.

Sembari menahan tangisan agar tidak pecah, Nasya berjalan mendekat ke arah Sagara. Tanpa berucap, ia menarik kepala Sagara lantas memeluk lelaki itu. “Lo bodoh,” tuturnya dengan suara bergetar. Ia mulai terisak dengan tangan yang bergerak mengelus lembut rambut Sagara.

Mendapatkan perlakuan tak terduga secara tiba-tiba dari Nasya membuat Sagara menegang kaku dengan mulut tertutup rapat. Menyadari kalau gadis yang tengah memeluknya menangis, lelaki itu hendak melepaskan tangan Nasya, namun Nasya justru semakin mengeratkan pelukannya.

“Lo bodoh karena nerima semua perlakuan nggak adil itu dan lo bodoh karena ngebiarin anak-anak di sekolah kita percaya sama gosip negatif tentang lo. Kalau lo selalu nerima semua yang terjadi begitu aja tanpa ngelawan, kapan lo bakal ngerasain kebahagiaan?” tanya Nasya setelah bisa menenangkan tangisnya. Tangan kanan gadis itu masih bergerak mengelus rambut Sagara, sedangkan tangan kirinya menepuk-nepuk punggung lelaki itu untuk memberikan perasaan tenang sekaligus menguatkan.

His Future (TAMAT)Место, где живут истории. Откройте их для себя