E P I L O G

14.1K 1.4K 484
                                    

Gamma Vers Headquarter, Jakarta, Indonesia


"ENAKNYA bisa goleran sepuas hati."

Leher Ana yang pegal diluruskan betul-betul di atas benda empuk. Selepas mengecek laporan keuangan usahanya, ia akhirnya bisa menikmati kenyamanan yang hakiki. Tidak perlu liburan menemui Jungkook di Korea, diberi kesempatan mager saja bersyukur ampun-ampunan.

Ana menatap nyalang langit-langit ruang kerja Deo. Putaran waktu berjalan cepat. Setelah jungkir, salto, migrain, tak terasa sebentar lagi brand fesyen yang dirintisnya menginjak angka dua tahun.

Sukses menjadi reseller produk orang, Ana akhirnya punya brand sendiri. Masa rempong dengan supplier akibat produk cacat, ongkos kirim, atau prosedur retur telah berakhir. Plusnya, Ana mempekerjakan orang lain sehingga tidak dipusingkan dengan pembukuan, desain, maupun proses produksi. Benar-benar tinggal terima laporan alias ongkang-ongkang kaki dapat duit.

"Penuhin taruhan semiliar setahun udah, tinggal berkelanjutan itu yang susah. Bangun usaha juga udah, tinggal pertahanin aja yang susah. Dapet izin kerja apa pun dari ayah juga udah. Tinggal ngapain, ya?"

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, Ana akhirnya bisa membantai ketiga laki-laki yang semula memandangnya sebelah mata dengan brand WithLuvAna. Kini, mereka tak punya kuasa untuk melarangnya ini-itu lagi.

Ana terkikik.

Tak berhenti di sana, ia juga melanjutkan studinya. Sebulan yang lalu, kuliah magister Ana baru saja rampung. Mengambil fokus dalam business-administration di salah satu kampus top ten dunia, kualifikasi dan sertifikasinya membuat Ana diburu para rekruiter. HRD Verizon bahkan menawarinya gaji tujuh kali lipat dari UMR asal Ana mau balik setelah resign sebelumnya dengan kedongkolan memuncak pada Lila dan kawan-kawan. Sayang disayang, Ana lagi cinta mager sehingga memilih menganggur sebentar.

"The power of totalitas kuliah. Enggak tercekik batasan lagi, gue jadi fokus sama apa yang dikerjain. Ending-nya, Deo ikutan rempong balesin surel tawaran kerja gue."

Memikirkan sosok yang tengah sibuk rapat, ah, Ana jadi makin sayang. Bapak workaholic satu itu telah banyak berjasa selama dua tahun ini. Hectic dengan pekerjaan pun tak menjadikan Deo menomorduakan Ana. Buktinya dia memasrahkan tabletnya sebagai bahan hiburan. Lumayanlah untuk mengobati suntuk selagi menunggu rapat Deo selesai.

Ana login ke akun Twetter pribadinya.



tetangganyaizroil Bangsat! Ciri orang yang kagak cinta karya anak bangsa!!!

jaeminselingkuhanku SUPPORT KARYA ANAK BANGSA! Saham NeoSell juara! Abaikan manusia bego!





Ana spontan bangkit.

"Walah, apa-apaan, nih?" Isi balasan komentarnya hujatan semua. Tengok kolom DM, akun-akun tidak dikenal juga menyumpahserapahi Ana. "Gue cuma sajiin analisis laporan keuangan NeoSell, PBV, PER, dan lain-lain biar netizen enggak kena rayuan pompom saham... malah dibego-begoin?"

Anjer! Dunia sudah gila. Kebaikan Ana dilepehkan dengan cara paling tidak masuk akal. Netizen oh netizen, investasi itu pakai duit dan ilmu. Cuma modal menghargai karya anak bangsa, memang itu duit tinggal pungut di kebunkah? Giliran portofolionya minus parah, nanti nangis. Hadeh, sia-sia saja pengalaman Ana yang kenyang dibego-begokan Deo dulu, dicampakkan gebetan, dan rugi dua ratus juta. Virus FOMO menangkis semua nasihat Ana.

"Menunggu lama?" Deo menenteng sebundel berkas memasuki ruangan. Senyum khasnya muncul untuk pertama kali. Usai menaruh dokumen di meja kerja, lengannya merangkul Ana. "Maaf, saya tinggal rapat. Awal bulan memang masa sibuk."

With Luv, Ana [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang