Part 12 | Tutankhamun

4.8K 1K 697
                                    

📜 Jam berapa kamu baca bab ini?












_______________________________________

Lima sosok yang belum pernah ditemukan di muka bumi:
unicorn, pegasus, ufo, naga, dan Deo yang bilang, "Iya, saya yang salah."

_______________________________________











MERAH di mana-mana. Mata sembap, bengkak, dan suara serak tidak bisa dihilangkan dalam sekejap biarpun sudah mandi lama-lama. Ana mengusap kasar pipinya.

Eug hunub ol gnarakes, supmam ol hari ini!

Cengkeramannya pada pinggiran wastafel menguat. Bisa-bisanya Deo menghancurkan makan siang Ana. Gara-gara si setan, Ana balik ke kantor dalam kondisi kacau. Gara-gara Deo, Ana punya hasrat memites orang padahal sebelumnya dia anak baik-baik yang disuruh membunuh kecoak terbang saja lebih suka ngacir seribu bayangan.

Sialan, sialan, sialan!

"Gue punya salah apa sih sampai dia ngadu domba gue sama Radean?" Ana membersit hidungnya. Refleksinya di cermin tampak nyalang. "Kalau dia punya unek-unek, bilang ajalah secara pribadi. Jangan di depan umum kayak tadi. Kenapa? Mau nunjukkin dia itu lebih superior? Biar seluruh dunia tahu dia itu hebat?"

Air matanya meleleh lagi. Melihat bagaimana Deo memperlakukannya bak sampah, Ana jadi bertanya-tanya. Apakah dirinya pernah membuat Deo rugi ratusan juta, patah tulang, atau makan dari tangannya sampai begini amat perlakuan yang diterima olehnya?

Membasuh wajahnya sekali, Ana membanting pintu kamar mandi.

"Puas udah recokin saya?" serangnya tanpa ba-bi-bu. Halilintar membayangi eksistensinya yang berdiri menantang di ambang pintu kaca ruang televisi.

Deo menguap lebar. "Belum. Ternyata saya salah strategi. Anjing seperti Radean jelas tidak mau merusak citra baiknya di muka publik."

Bajingan! Ini makhluk sepertinya kebanyakan nonton film kekaisaran Romawi dan Mesir Kuno sampai kelakuannya mirip Tutankhamun. Sumpah, dosa apa Ana di masa lalu sehingga Tuhan mengirimkan Firaun versi berewok ke dalam hidupnya?

"So, dua ratus jutanya susut jadi dua puluhan juta, eh?" Bukannya meminta maaf atau minimal peka sedikitlah, Deo malah tertawa kecil. Tungkai laki-laki itu terjulur ke lantai lantas menyamankan diri dengan duduk bersandar. "Keren sekali, Ana. Mau saya bantu jadi margin call sekalian tidak? Lumayan untuk nambah-nambah beban hidup."

Emosi Ana memuncak. "Bisa enggak sih Pak Deo ngerasa bersalah sedikit setelah permaluin saya di depan umum?!"

Tawa Deo kontan meledak. "Merasa bersalah?" Phew... sentimental sekali bahasanya. "Ana, kamu mengigau? Saya hanya membeberkan fakta tanpa menyinggung nama sama sekali. Apa tadi kamu dengar saya membawa-bawa nama kamu, Tessa Ariananda? Tidak, 'kan?"

Ya Gusti, jejeli cangkeme Deo nganggo kaktus koyone apik tenan.

Darah Ana mendidih. Emosi gelap menyengat ubun-ubunnya sampai ke batas yang tidak bisa ia tanggulangi lagi.

"Tapi jelas-jelas tujuan Pak Deo adalah mancing keributan!" desisnya geram.

"Tidak. Buktinya kamu pelukan dengan Deanosaurus, bukan ribut."

"Salah ya tinggal ngaku salah aja, apa susahnya, sih?!" bentak Ana naik pitam. "Minta maaf enggak bikin Bapak kehilangan harga diri. Mungkin menurut Pak Deo, sesuatu itu terkesan biasa, tapi beda efeknya buat saya! Bapak hampir hancurin hubungan saya!"

With Luv, Ana [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang